Ironis, budaya piara babi di Wamena sudah hilang

Wamena, (WAGADEI) – Babi atau ‘Wam‘ – sebutan babi dalam bahasa daerah dari masyarakat asal 8 kabupaten di provinsi Papua Pegunungan yakni kabupaten Jayawijaya, Lanny Jaya, Nduga, Tolikara, Mambramo Tengah, Yahukimo,Yalimo dan Pegunungan Bintang merupakan hewan piaraan yang memiliki nilai harta paling tinggi.

Menurut kepercayaan atau budaya turun temurun, babi sebagai aset termahal, wajib orang gunung piara.

Bacaan Lainnya

Kini, dengan majunya perkembangan jaman, budaya piara babi untuk orang gunung atau orang asli Papua khususnya di 8 kabupaten ini sudah semakin hilang.

Seperti di Wamena, ibukota kabupaten Jayawijaya. Dari pantauan wartawan Wagadei, akibat aktivitas di kota Wamena ramai membuat hampir sebagian besar orang Wamena sudah jarang berada di kampung – lebih banyak menghabiskan waktu di kota. Diisi dengan berbagai aktivitas terutama politik dan lain-lain.

Sehingga waktu untuk piara babi di kampung tidak ada. Hal itu dapat dilihat hampir di setiap sudut kota Wamena, pasaran dalam menjual babi telah dikuasai orang non asli Papua atau pendatang.

Babi dijual dengan harga terbilang cukup tinggi sesuai ukuran, kecil, sedang hingga besar. Harga yang demikian membuat semua orang tak dapat membeli. Kecuali bagi mereka yang berada dan mempunyai uang lebih.

“Kalau masyarakat biasa tidak ada. Yang selalu beli di saya itu kepala kampung, kepala dinas dan pejabat daerah lain. Mereka biasa beli saat ada acara-acara besar dan masalah. Harga mahal tapi mereka beli saja,” ucap Tito, salah satu pengusaha babi di Wamena, tidak lama ini kepada wagadei.id ketika diajak berbincang.

Sementara yang nampak bisa dilakukan oleh orang Papua di pasaran, hampir di semua daerah di Papua, seperti di Wamena hanya menjual daun ubi-ubian untuk dijadikan makanan babi. Dan itu dilakukan oleh mama-mama pasar Papua.

“Biasa yang beli daun ubi itu hampir setiap hari orang pendatang. Orang Toraja, Jawa dan Batak kebanyakan. Mereka beli untuk kasih makan mereka punya babi piara,” ujar mama Ina Tabuni, ketika dijumpai Wagadei.id belum lama ini di pasar Jibama, Wamena.

Budaya piara babi harus dikembalikan. Semua orang Papua harus mulai memelihara babi. Selain untuk mempertahankan budaya, agar menghindari hidup ketergantungan yang telah dan sedang membelenggu pola dan tatanan hidup baik yang telah diajarkan turun temurun oleh para leluhur.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan