Dibalik Jeruji Besi, Teriakan Papua Merdeka Menggema Keras

Mantan Gubernur Papua, Barnabas Suebu ketika mengenakan rompi orange sebagai tahanan KPK pada 10 tahun lalu - Ist

Oleh: Lamadi de Lamato

Bacaan Lainnya

TAHUN 2018, saya berkesempatan mengunjungi beberapa mantan pejabat dari tanah Papua di lembaga pemasyarakatan atau Lapas Abepura, Jayapura. Saat itu, saya ditemani seorang kawan yang belakangan ia mengajak saya merantau ke Amerika selama dua tahun. Kepada seorang mantan Bupati, saya memberi penghiburan padanya dengan membawa banyak buku untuk menemaninya sebagai sahabat di hotel prodeo.

Sementara kepada seorang lagi, saya justru mendapat banyak cerita tentang kiprahnya sebagai tokoh pejuang Papua yang berjibaku di dunia internasional, membantu diplomasi NKRI di negara-negara di wilayah Pasifik. Mengunjungi Lapas Abepura, saya dengan mudah melihat beberapa pejabat Papua sedang bercengkrama dengan keluarga yang mengujungi mereka.

Saat itu, saya datang tepat waktu kunjungan keluarga, sehingga semua tahanan tumpah ruah di tempat terbuka. Di situlah dengan mudah, saya mengenali wajah-wajah pejabat Papua yang sedang di penjara. Wajah mereka beragam, ya ada yang tegar, stress hingga meninggal saat menjalani masa tahanan.

Otsus Papua, Nikmat Membawa Sengsara

Seorang pejabat mengingat jauh kebelakang, bagaimana Otsus itu penuh darah, pengorbanan dan cacian yang kini menjebloskan mereka sebagai tersangka yang paling sadis.

Jhon Ibo, lelaki yang memulai semuanya sebagai aktifis dari KNPI dan Golkar, kerap ke mana-mana menggunakan motor butut untuk menunjang aktifitasnya, mulai menjadi figur utama di Papua ketika ia memimpin Partai Golkar sebagai ketua pimpinan daerah dan parlemen di Papua.

Jabatan itu tidak ia dapatkan sekejap, melainkan melalui perjuangan “berdarah-darah”. Sebagai ketua DPR Papua, awal-awal NKRI begitu genting karena tuntutan rakyat yang ingin merdeka, Ibo pasang badan menyelematkan NKRI lewat Otsus Papua. Bahkan ia tampil di depan forum-forum bangsa Pasifik dengan  meyakinkan bangsa se rasnya (Malanesia) bila Papua itu NKRI.

Kendati dicaci maki, Jhon Ibo tetap setia terhadap negara Indonesia ini . Sayang, ia harus bernasib naas ketika pengadilan menyeretnya sebagai tahanan kasus korupsi.  Jhon Ibo menjalani hukuman itu dengan tegar, tapi ia bingung kenapa negara yang ia bela tidak menghargai jasa-jasa kesetiaannya?

Tidak jauh berbeda dengan Barnabas Suebu. Saat ini, mantan ketua umum KNPI pertama Papua ini, baru selesai dijebloskan di penjara Suka Kere Bandung selama 10 tahun, juga karena kasus korupsi saat ia tidak lg menjabat Gubernur Papua. Di sebuah konfrensi persnya, ia menyebut  sangat menyesal menjadi tokoh Papua yang bergabung dengan NKRI.

Potret lain, banyak tokoh-tokoh sentral Papua yang mati misterius saat menjabat sebagai pejabat. Isunya, kematian mereka terkait dengan politik dan kebijakan yang menentang NKRI. Jika ini benar, maka, politik itu bagi orang Papua hanya dua yakni  masuk penjara atau mati. Benar-benar mengerikan menjadi bagian dari negara ini!

Gubernur Papua Terakhir

Rentetan tokoh Papua, hidupnya  berada di ujung tanduk sepertinya tidak akan selesai. Sudah empat hari ikon tokoh grass root, Lukas Enembe berada di tahanan KPK (Komisi Pemberatasan Korupsi), yang diperlakukan sangat sadis. Mulai dari penangkapannya, akses keluarga dan penghinaan yang dialamatkan padanya, sangat menyayat hati nurani.

Cukup sudah penghancuran kredibilitas tokoh Papua, berakhir di Gubernur Lukas Enembe. Sejak 60 tahun lalu, manipulasi, derita dan pembunuhan dipertontonkan kepada bangsa Papua dari generasi ke generasi dengan telanjang.

Tindakan tidak berprikemanusiaan yang diperlihatkan kepada tokoh-tokoh Papua, cepat atau lambat orang-prang negeri ini akan bangkit melawan dengan cara-cara baru. Dari balik jeruji, bahkan yang telah meninggal, para tokoh dan leluhur telah punya satu nafas dan suara yang sama; “mereka menyesal menjadi tokoh yang bergabung dengan NKRI”.

*) Penulis adalah Presiden Buton Action Network, USA

Pos terkait

Tinggalkan Balasan