Nabire, WAGADEI – BMP atau Barisan Merah Putih Provinsi Papua Tengah menggelar diskusi publik untuk membahas peringatan 1 Mei 2025.
Diskusi publik bertajuk “1 Mei 1963 Sebagai Hari Kembalinya Papua ke NKRI atau sebagai Hari Aneksasi? Mari Berdiskusi Secara Akademis, Bermartabat, Beretika, dan Bermoral” digelar di Nabire, Papua Tengah, Kamis (1/5/2025).
Forum ini terbuka bagi masyarakat umum, dan digelar untuk memperluas ruang demokrasi, serta menumbuhkan kesadaran kritis generasi muda Papua.
Diskusi publik BMP itu dipandu Ir. Yan Marwanaya, Dekan Fakultas Perikanan USWIM Nabire, dan dua tokoh pemuda, Jull Edy Way dan Narton sebagai narasumber.
Sejumlah pihak hadir dalam diskusi tersebut. Diantaranya, mahasiswa, tokoh pemuda, organisasi adat, perempuan, dan masyarakat umum.
Kegiatan yang dihelat BMP ini juga disiarkan melalui live streaming di RRI.net, dengan fitur live chat sebagai sarana interaksi.
Sekretaris Jenderal DPD BMP Papua Tengah Didimus O. Yaku mengatakan, kegiatan ini adalah bagian dari program kerja jangka pendek, yang telah disepakati dalam Munas BMP di Jayapura, Papua.
“Ini ruang demokrasi. Tidak ada batasan siapa yang boleh hadir. Silakan berpendapat, tapi harus disampaikan secara etis dan berdasarkan data, bukan makian atau provokasi,” kata Yaku.
Yaku menekankan bahwa generasi sekarang adalah pelanjut sejarah, bukan pelaku langsung. Sehingga penting untuk memahami sejarah dengan jernih, sebagai dasar membangun masa depan Papua Tengah yang adil dan bermartabat.
Sementara itu, salah satu pemateri, Jull Edy Way menyatakan bahwa 1 Mei 1963 masih menyisakan pertanyaan serius terkait legitimasi.
“Apakah integrasi ini sungguh-sungguh lahir dari kehendak rakyat Papua? Jika tidak, maka kita harus berani menyebutnya aneksasi,” ujarnya.
Sementara pemateri lainnya, Narton menyoroti pentingnya pendidikan sejarah bagi generasi muda.
“Kita harus berani bertanya, bukan untuk mendendam, tapi untuk sadar. Sadar bahwa masa depan Papua dibangun dengan kejujuran terhadap masa lalu,” katanya. (*)