Nabire, WAGADEI – Aksi demontrasi terkait penolakan transmigrasi yang digelar oleh Front rakyat Papua anti Transmigrasi (FRPAT) di Nabire, Papua Tengah pada Jumat, (15/11/2024) dibubarkan paksa oleh aparat kepolisian dari Polres Nabire.
Aksi demontrasi tolak transmigrasi tersebut tersebar di lima titik kumpul massa tempat pertama pasar Karang Tumaritis, kedua di hotel Jepara 2 Wadio, ketiga di perempatan SP 1, keempat di depan kampus Uswim dan kelima di KPR Siriwini.
Awalnya direncanakan massa aksi hendak menuju ke kantor Majelis Rakyat Papua Tengah (MRPT) serta DPRPT.
Berdasarkan pantauan wagadei.id, massa aksi kelima tempat sudah kumpul pada jam 07.00 WP di masing-masing titik kumpul.
Dan pada jam 08.16 WP, setiap massa aksi dari kelima titik tersebut di atas sudah mulai kumpul dan duduki di tempatnya seraya menunggu massa aksi lainnya yang tergabung dalam FRPAT.
Pada jam 8.48, keempat massa aksi sesuai kesepakatan dari kooordinator lapangan korlap umum sudah memulai orasi dengan Thema umum; Rakyat Papua tolak transmigrasi, tema umum yang bentangan di baliho Tolak Transmigrasi Bentuk Nyata Kolonialisme.
Jam 08.30 WP, titik kumpul di KPR Siriwini dengan kekuatan aparat kepolisian menggunakan tembakan gas air mata ke arah arah massa langsung membubarkan massa aksi. Hingga Polisi menyuruh wartawan juga meninggalkan tempat dan kendaraan harus putar balik melalui jalan raya di samping RSUD Nabire.
Pada jam 09.08 WP, titik kumpul depan hotel Jepara 2 dengan ratusan massa berada titik kumpul massa aksi dari hotel Jepara aparat gabungan TNI-Polri membuang gas air mata sebanyak enam kali dan massa aksi mundur ke arah jalan trans ke atas dan dikejar serta diusir oleh anggota Polri hingga pukul 09.19 WP masa aksi masih dihadang oleh aparat gabungan TNI-Polri.
Pada jam 10.03 WP massa aksi di titik kumpul tersebut dibubarkan paksa oleh aparat keamanan.
Jam 09. 24 WP, massa aksi yang berada di titik kumpul pasar Karang Tumaritis mulai orasi sambil membentangkan berbagai baliho kecaman terhadap program strategis nasional (PSN) maupun transmigrasi.
Tema umum yang ditulis di baliho; ” Transmigrasi Bentuk Nyata Kolonialisme, dan Transmigrasi Adalah Malapetaka Bagi Rakyat Papua”.
Massa aksi yang depan pasar Karang Tumaritis juga dibubarkan paksa oleh aparat kepolisian dari Polres Nabire hingga beberapa pemuda dipaksa naik ke mobil patroli. Nampak kesempatan itu, seorang mama Papua adu mulut dengan aparat kepolisian. Para mahasiswa dan pemuda diangkat dan dikawal baik oleh aparat keamanan.
Jam 09.29 WP massa aksi dari titik kumpul di depan kampus Uswim Nabire mulai duduki dan orasi, namun dikawal ketat oleh aparat keamanan.
Seorang saksi yang enggan menyebutkan namanya menyatakan massa aksi di titik kumpul SP 1 sudah kumpul jam 7.00 WP pagi tetapi sudah dibubarkan paksa oleh aparat keamanan.
“Dan masa titik kumpul sudah mulai bubar karena adanya hampir di kejar polisi masa dengan cara kekerasan tanpa kemanusiaan,” katanya.
Hingga jam 10.10 WIT dua titik kumu sp 1 perapatan dan hotel Jepara jalan trans Nabire-Dogiyai dibubarkan paksa oleh aparat keamanan.
Hingga pukul 11.01 WP, massa aksi drop ke kantor MRPT.
Imbauan Kapolres Nabire
Sehari jelang aksi demontrasi penolakan transmigrasi, Kapolres Nabire AKBP Wahyudi Satriyo Bintoro, SH, S.IK, M.Si mengeluarkan empat poin terkait aksi tersebut.
- Jangan mudah terprovokasi dengan ajakan yang tidak sah, karena demi tersebut tidak memiliki izin resmi. Kami mengajak seluruh masyarakat untuk tidak terprovokasi oleh ajakan yang berdampak negatif bagi Ketertiban umum.
- Utamakan keselamatan dan ketertiban.
- Hindari informasi yang menyesatkan.
- Menteri Transportasi RI menjelaskan bahwa tidak ada program perpindahan penduduk dari luar ke Papua. (*)