Memalukan! Ketua MRP Papua Tengah jadi konten kreator, bukan pelindung masyarakat adat

Nabire, WAGADEI – Har ini Rabu, (25/9/2024) jagat dunia maya dihebohkan dengan postingan video di akun TikTok @agustinusanggaiba6 dengan durasi 5.31 menit. Ternyata akun TikTok tersebut pemiliknya adalah Ketua Majelis Rakyat Papua Provinsi Papua Tengah, Agustinus Anggaibak.

Dalam video tersebut Agustinus Anggaibak mendukung keberadaan pertambangan illegal di kampung Wakia, distrik Kapiraya, kabupaten Mimika yang selama pro dan kontra antara sesama masyarakat Mee dan Kamoro atas hak ulayat lantaran pemerintah kabupaten Mimika, Deiyai dan Dogiyai belum tetapkan tapal batas wilayah pemerintahan.

Hampir sejumlah pernyataan yang mestinya disampaikan secara terhormat melalui surat atau melakukan pertemuan, Agustinus Anggaibak selalu tampil melalui sosial media. Wajar saja warganet menyebutnya sebagai konten kreator.

Sejak pukul 12.00 WP, wargnet menyindir Agustinus dengan komentar pedas sebab argumennya justru melenceng dari kapasitasnya sebagai pimpinan lembaga reprentasi kultur Papua di Papua Tengah.  

“Mestinya seorang Ketua MRP Papua Tengah layaknya menyampaikan pendapat melalui media resmi. Namun nanyalah Ketua MRP PPT yang selalu sampaikan berbagai info melalui tiktok. Apakah Provinsi Papua Tengah tidak ada media resmi? Apalagi beliau ini ketua MRP yang notabenenya pimpinan lembaga besar. Pernyataan seperti ini sengaja mengajak agar perang suku itu segera terjadi. Aneh,” tulis anggota DPRD Deiyai Yeki Auwe.

Ketua Komisi A DPRD Deiyai Hendrik Onesmus Madai juga membalas komentara di video itu. “Ketua MRP yang notabenenya hanya kejar kepentingan perut,” tulisnya.

Warganet lainnya Manaware1 tulis; “Bapa jangan asal bicara, itu bukan tupoksi bapa. Masalah tapal batas itu Pemda Mimika, Deiyai dan Dogiyai harus duduk bersama, dan membicarakn tapa batasnya, bap aitu orang Agimuga”.

“Ko asa; bicara, kuliah ulang ok,” tulis Imbron. “Ini sudah tidak beres, ketua MRP bahaya,” tulis Nicky Sony.

Tanggapan Lembaga Masyarakat Adat Ogeiye

Lembaga Masyarakat Adat Ogeiye (LMAO) dan seluruh masyarakat adat kabupaten Deiyai dan kabupaten Dogiyai membantah pernyataan yang disampaikan ketua MRP Papua Tengah Agustinus Anggaibak terkait dengan tapal batas tanah adat antara suku Mee dengan suku Kamoro.

“Kami menilai bahwa pernyataan yang disampaikan oleh ketua MRP provinsi Papua Tengah ini tidak mendasar, karena dia (Agustinus Anggaobak) bicara hanya sepihak. Berarti dia merupakan provokator yang memprovokasi masyarakat adat kabupaten Deiyai dengan kabupaten Dogiyai.Mereka tidak senang sehingga akan kerja di hal-hal yang tidak diinginkan antara kami masyarakat adat suku Mee dengan suku Kamoro,” kata Agusten Anoue, ketua LMAO kepada wagadei.id.

Semua pihak tahu bahwa MRP merupakan lembaga representasi kultur orang asli Papua (OAP) namun ketika didapati sebuah rekaman video dalam akun tiktoknya yang resmi tersebut justru melenceng jauh dari akapsitasnya.

“Harusnya dia bicara soal representai budaya OAP sebab itu tugas dan tanggungjawabnya, jika memang dia mau bicara tentang kasus Kapiraya alangkah baiknya dia undang wartawan atau suruh humasnya yang viral untuk jaga kehormatannya sebagai yang mulia,” katanya tegas.

Sekretaris LMAO  Andreas Pakage menegaskan, seluruh masyarakat adat kabupaten Deiyai dan Dogiyai mereka sangat tidak terima atas argumen yang disampaikan oleh ketua MPR Papua Tengah karena masyarakat adat tahu bahwa MRP merupakan lembaga representasi pihaknya yang memproteksi tentang manusia dan tanah Papua.

“Tetapi ketika video ini diviralkan, kami masyarakat adat suku Mee kabupaten Dogiyai dengan kabupaten Deiyai tidak menerima. Bahkan mengundang amarah,” ucap Pakage.

Hingga berita ini diturunkan, video tersebur telah ditonton sebanyak 2.380, disukai 85, 16 komentar dan diteruskan oleh 11 akun serta di sejumlah group WhatsApp sedang ramai membahas pernyataan Agustinus Anggaibak tersebut. (*)