Aksi penembakan kilat terus berlangsung, terbaru di Mulia dan Manokwari

Jayapura, WAGADEI – Aksi penembakan kilat terus berlangsung di tanah West Papua beberapa waktu terakhir. Insiden terbaru saat ini adalah penembakan di Mulia terhadap tiga warga sipil yang notabene sebagai kepala kampung, bendahara kampung dan bamuskam, sementara di Manokwari menimpa advokat senior Yan Christian Warinussy.

Atas peristiwa tersebut United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) mengecam. Berdasarkan informasi yang diterima oleh ULMWP, diketahui bahwa pada Selasa, (16/7/2024) sekitar pukul 20.00 WP, telah terjadi penembakan di depan Sekolah Dasar YPPG Mulia, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya.

“Korban aksi penembakan kilat adalah Dominus Enumbi, warga sipil dari kampung Karubate, distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Pemerinta Morib selaku Kepala Kampung Porbalo, distrik Dokome, Kabupaten Puncak Jaya dan Tonda Wanimbo, warga sipil dari kampung Temu, distrik Ilamburawi, Kabupaten Puncak Jaya,” kata Presiden Eksekutif ULMWP Menase Tabuni kepada wagadei.id, Kamis, (17/7/2024).

Presiden Eksekutif ULMWP Menase Tabuni mengatakan, insiden penembakan lain juga terjadi di depan Bank Mandiri Sanggeng, Manokwari yang menargetkan Yan Christian Warinussy, SH.,MH. Aksi penembakan kilat yang dilakukan oleh orang tak dikenal menggunakan kendaraan roda empat berwarna hitam.

“Yan Warinussy adalah Direktur LP3BH, seorang advokat, pegiat hak asasi manusia dan juru bicara Jaringan Damai Papua. Warinussy juga turut memberi opini hukum dalam Permanent Peoples Tribunal (Pengadilan Rakyat Permanen) yang digelar oleh Queens Mary University di London pada 27– 29 Juni 2024,” kata Tabuni.

Pemerintah Indonesia, lanjut dia, sejak lama telah menggunakan pendekatan militeristik dalam menanggapi konflik politik yang terjadi di West Papua, Aceh dan Timor Timur (sekarang Timor Leste). “Metode yang umunya digunakan adalah dengan membunuh, menyiksa, atau mengintimidasi pemimpin dan pegiat yang memiliki pandangan yang berbeda dengan konsep Negara Kesatuan,” katanya.

Jenderal Prabowo Subianto sebagai mantan anggota Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) pernah memimpin operasi militer di Timor Timur dan Papua pada dekade 1990-an. Ketika berada di Timor Timur, Prabowo membentuk kelompok milisi seperti Aitarak dan Besi Merah Putih.

“Modus yang sama digunakan Prabowo dalam operasi pasca pembebasan sandera di Mapnduma yang melibatkan tenaga bantu operasi sehingga menyebabkan beberapa orang sandera menjadi korban ketika proses pembebasan sandera. Kelompok milisi serupa sedang dibentuk kembali dan dipimpin oleh Letkol (Tituler), Lenis Kogoya,” ungkapnya.

ULMWP mengetahui bahwa pemerintah Indonesia tidak memiliki peta jalan penyelesaian masalah West Papua dan cenderung menggunakan pendekatan militer sebagai upaya menciptakan teror demi membungkam seluruh bentuk kritik dan protes rakyat West Papua terhadap upaya Genosida, Ekosida dan Etnosida.

“Masyarakat dan komunitas internasional perlu mendesak pemerintah Indonesia agar segera menghentikan segala bentuk penjajahan dan pendudukan atas wilayah West Papua, karena secara terstruktur dan sistematis mengancam eksistensi orang West Papua di masa depan,” kata Tabuni.

Ia mengatakan, ULMWP juga menghimbau kepada rakyat West Papua agar terus menjaga keamanan dan keselamatan diri.”Karena pemerintah Indonesia sedang menjalankan operasi terselubung untuk membungkam seluruh gerakan pembebasan West Papua sebelum 2045,” katanya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *