Jelang hari raya Paskah Yesus 29 Maret 2024, video penyiksaan Pemuda Papua di Puncak beredar ke publik Indonesia-dunia. Ada dua ungkapan penting terdengar dari video penyiksaan yang beredar:
“Ummm, Enak ituuu….” kata seorang prajurit sambil menyaksikan seorang prajurit mengiris tubuh korban,warga Puncak itu.
Apakah darah yang mengalir terasa enak di lidah atau tercium aroma darah yang enak? Atau, ini hanyalah ungkapan penghinaan terhadap yang sedang disiksa dan menahan kesakitan?
Korban dengan tenang, tanpa suara menghadapi siksaan dan ejekan yang paling keji itu. Korban tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Hanya terlihat kulitnya yang berdenyut, badanya gemetar menahan kesakitan ketika pisau sangkur di tusuk-tusuk dan mengiris kulitnya.
Ungkapan ke-dua yang terdengar jelas dari mulut prajurit itu: “udah dapat belum.., siapa yang dapat bajunya itu? , “ungkap seorang prajurit.
Benar terlihat di video bahwa korban tidak mengenakan baju. Hanya terlihat korban dimasukkan ke dalam drum biru, berisi airnya sudah berubah warna merah jambu. Bajunya ada yang ambil.
Apakah bajunya ada yang menyimpan sebagai bukti atau membuangnya untuk menghilangkan barang bukti penyiksaan?Dua ungkapan itu mirip ungkapan prajurit pasukan pemerintah Romah yang menyiksa, menyalipkan dan membunuh Yesus.
Pertama, ketika Yesus berdoa, menyerahkan diri kepada Bapa, para prajurit pasukan penjajah Roma mengatakan Yesus minta air…Ketika korban menjerit kesakitan, para prajurit mengatakan “ummm enakkkk“.
Kedua, ketika Yesus membutuhkan pakaian dan kain untuk membalut luka-lukanya yang bedara, para prajurit merebut dan membagi2 pakaian Yesus. Ketika korban di Puncak menjerit kesakitan, digin karena tubuhnta yang terluka terendam air, para prajurit lepas dan menghilangkan pakaiannya.
Dua ungkapan itu mengungkapkan dua hal.
Pertama, penghinaan terhadap korban yang menahan kesakitan. Tetapi Korban dengan tenang, tabah menghadapi hinaa dan siksaan paling keji, sama seperti Yesus.
Kedua, penyiksaan bukan tanpa tujuan, mengandung tujuan kepentingan mengambil pakaiannya. Walaupun terlihat pakaian yang direbutkan, barang milik orang Papua, kekayaan milik orang Papua sejak dulu menjadi rebutan, sehingga kekerasan dan pembunuhan manusia Papua dilegalkan atas nama ini dan itu tanpa malu.
Apa substansi fatal kesalahan orang Papua sehingga siksaan, hinaan hingga pembunuhan yang keji terus meninpa orang Papua? Apakah orang Papua hanyalah korban kekejaman penguasa sebagai Yesus dituduh, siksa dan dibunuh tanpa alasan yang jelas? (*)