Jayapura, (WAGADEI) – Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPN-PB OPM) di bawah pimpinan Panglima Komando Daerah Pertahanan (Kodap) III Ndugama Darakma, Bridgen Egianus Kogoya telah menembak mati sedikitnya sembilan anggota TNI di Distrik Yal, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Informasi tersebut disampaikan Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom dalam siaran pers, Minggu (16/4/2023) pagi, selain tembak mati pihaknya juga berhasil merampas sembilan pucuk senjata api.
“Pasukan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat serang pos militer Indonesia, dan berhasil tembak mati 9 anggota TNI sembilan pucuk senjata juga telah berpindah tangan,” kata Sebby Sambon.
Atas peristiwa tersebut, Sebby menyebutkan pihaknya bertanggungjawab atas gugurnya sembilan orang aparat tersebut.
“Panglima komando daerah pertahanan III Ndugama Darakkma, Bridgen Egianus Kogoya dan pasukannya bertanggungjawab atas serangan-serangan yang menewaskan sembilan anggota TNI dan sembilan anggota yang berpindah tangan dari TNI ke TPNPB OPM, dan perang terus berlanjut,” ujarnya.
Peristiwa tersebut, kata dia telah dipublikasikan oleh sejumlah media massa namun data secara resmi dirinya baru menerima dari Egianus Kogoya.
“Berita serangan ini telah dipublikasikan di media-media di Indonesia, tetapi kami baru terima laporan konfirmasi dari Panglima Komando Daerah Pertahanan III Brigadir General Egianus Kogoya pada hari Minggu tanggal 16 April 2023, tepat pukul10:40 pagi waktu Papua,” katanya.
Untuk itu, pihaknya menegaskan negara jangan bebaskan pilot Philip melalui pendekatan peran tetap dengan negosiasi secara damai, permohonan itu telah di abaikan oleh negara.
“Kami tegaskan kepada masyarakat internasional, dan juga kepada Pemerintah Sellandia Baru bahwa kami sudah ajukan negosiasi damai dengan Pemerintah Selandia Baru dan juga Pemerintah Indonesia di Jakarta. Namun sudah dua bulan, Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru belum menjawab Surat-surat kami,” ujarnya.
“Pemerintah Indonesia melalui militer tidak mengindahkan permintaan dan tuntutan, namun militer Indonesia sudah melakukan operasi militer yang masif di Ndugama dan telah membunuh ibu hamil dan juga dua anggota TPNPB pada tanggal 23 Maret 2023. Karena itu TPN-PB dibawah Komando Panglima Egianus Kogoya mulai melakukan pembalasan,” katanya tegas.
Pihaknya mendesak agar persatuan bangsa bangsa (PBB) dan Pemerintah Selandia Baru mempunyai kewajiban untuk desak Pemerintah Indonesia untuk hentikan operasi militer, namun Pemerintah Indonesia bersedia bernegosiasi dengan Pimpinan TPNPB dibawah mediasi pihak ketiga yang netral, yaitu badan organisasi PBB.
“Kami mau negosiasi tapi dibawah pengawasan PBB,” katanya. (*)