Oleh: Lamadi de Lamato
SEBUAH media analog kembali memberitakan tersangka kasus gratifikasi, Gubernur Lukas Enembe mengalirkan dananya kepada organisasi Papua Merdeka (OPM) menjadi topik hari ketiga ketika ia berada di tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebelumnya sorotan masyarakat Papua yang tidak terima diperlakukan buruk saat ia ditangkap di Kota Raja, Abepura, Kota Jayapura, Selasa, (10/1/2023).
Orong nomor satu Papua ini, harusnya diterbangkan dengan pesawat Garuda, malah dibawah dengan Trigana Air. Ia juga diborgol layaknya teroris, dihina rasis oleh nitizen, plus seorang youtuber sampah menyebutnya, layak dihukum mati.
Keluarganya pun dilarang menjenguknya saat ditahan, makin membuat mereka was-was dengan kesehatan Lukas Enembe pasca ditahan. Lukas mengidap penyakit kronis permanen, sehingga makanan dipenjara bisa jadi makin memperparparah sakitnya. Gubernur Papua asal Tolikara ini sehari-hari diberi makan singkong dan ketela.
Benar-benar negara ini, telah memperlakukan tokoh Papua yang sedang sakit berat sebagai tersangka dengan menyimpang dari nilai-nilai kemanusiaan. Bangsa kampret.
Hidup Dalam Satu Honai
Pernyataan tokoh pejuang kemerdekaan Benny Wenda di Inggris yang prihatin dengan perlakuan KPK terhadap Gubernur Lukas Enembe, segera saja ditanggapi bila ada aliran uang LE yang mengalir ke OPM. Sebelumnya beredar foto seorang pilot asal Papua di Filipina yang tertangkap menyeludupkan puluhan senjata, disebut punya kaitan langsung dengan Gubernur Lukas.
Sebagai penulis buku, Memimpin Di Tengah Kepungan TPN OPM, saya menemukan korespondensi dirinya sebagai wakil maupun menjadi Bupati di Puncak Jaya dengan kelompok TPN OPM yang kerap membuatnya pusing. Lukas kerap mendapatkan surat yang dikirim OPM pimpinan Rambo Wenda, dkk kepada dirinya sebagai kepala pemerintahan terkait dengan ancaman.
Bila tidak ditanggapi, maka mereka akan membuat kekacauan. Kadang setelah kekacauan, OPM mengirim surat yang berisi ganti rugi dengan jumlahnya sagat fantastis. Surat itu ditulis di atas kop resmi dengan logo OPM dan dikirim lewat cara-cara spionase. Beberapa kali, Lukas kewalahan mengakomodir permintaan mereka, hingga dilakukan pertemuan informal.
Lukas terpaksa harus ke markas OPM untuk menemui mereka, dengan ingin mendengar aspirasi langsung dari mereka. Beberapa kebijakan Lukas membangun pasar di sebuah perkampungan, bisa jadi bagian dari permintaan OPM. Bahkan Lukas pernah membawa komandan OPM ke Jakarta jalan-jalan. Komandan OPM itu terheran-heran dengan gedung-gedung tinggi yang ia saksikan.
Pendekatan keamanan satu honai itu sukses membuat Puncak Jaya yang ia pimpin kondusif. Kalaupun ada masalah, Lukas mampu meredamnya dengan baik. Lukas di mata saya, mampu menjaga semua elemen di Puncak Jaya dan Papua dalam filosofi satu honai. Pendatang yang ada di Papua adalah saudaranya, sementara OAP dan OPM adalah keluarganya yang tdk bisa ia abaikan.
Sang Pluralis Sejati
Sebagai sosok fenomenal, Lukas dikelilingi saudaranya di sekelilingnya. Ajudan, tukang masak, jubir dan beberapa pengusaha yang bersamanya adalah orang-orang yang beragama Islam. Orang-orang di sekelilingnya, ia istimewakan. Polisi dan Tentara yang mendampinginya ia sekolahkan sampai perwira, tukang masak, anak dan keluarganya ia kuliahkan dan umrohkan, begitupun dengan beberapa orang dekatnya.
Kebijakan dari Bupati hingga Gubernur, ia prioritaskan pada pendidikan hingga banyak sekali yang kini, anak-anak Papua yang berpendidikan terbaik. Sebagai Gubernur, ia sadar merubah idiologi politik warga Papua yang pro merdeka menjadi NKRI, bukan perkara mudah yang bisa ia lalukan. Saya yakin, malaikatpun sulit merubah OAP pro merdeka jadi NKRI, apalagi hanya seorang Lukas sebagai Gubernur Papua.
Gubernur yang suka ikut berpuasa ketika bersama di asrama mahasiswa muslim di Gorontalo ini, adalah sosok yang ingin mengayomi seluruh warga dan rakyatnya dalam kebersamaan. Ia tidak membeda-bedakan siapapun dalam mengoperasikan pemerintahannya.
Tuduhan bahwa ia mengalirkan dananya untuk OPM, sesungguhnya hanya bertujuan menstigma beliau, dan siapapun politisi Papua yang tidak disukai oleh Jakarta kelak akan merasakan hal yang sama.
Sang pluralis itu sejak jadi Bupati hingga Gubernur selalu dikaitkan dengan OPM tapi tidak terbukti. Kini saat ia di tersangkakan oleh KPK, isu itu kembali digoreng. Bangsa kampret, brengsek dan tidak tahu berterimakasih. (*)
*) Penulis adalah Presiden Warga Imigran Pendatang Se-Tanah Papua