Wamena, WAGADEI – Pemkab atau Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, meresmikan sekolah adat di Kampung Walelagama.
Peresmian sekolah adat itu dilakukan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jayawijaya Engelbert Sorabut, bersama Ketua LMA (Lembaga Masyarakat Adat) Jayawijaya Herman Doga, dan Kepala Distrik Walelagama Karlos Elosak.
Tokoh adat, perwakilan pemerintah, serta pengurus yayasan yang bergerak di bidang budaya, hadir dalam peresmian sekolah adat di Jalan Wesaput-Pugima, Kampung Walelagama, Distrik Walelagama, Rabu (7/5/2025).
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayawijaya, Engelbert Sorabut memberi apresiasi kepada masyarakat, dalam menjaga budayanya.
Pasalnya bahwa sekolah adat tersebut dibangun, untuk melestarikan budaya orang Hubula.
“Saya sangat menghargai langkah ini. Pemerintah siap mendukung agar budaya suku Hubula tetap hidup,” katanya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menulis dan mendokumentasikan sejarah.
“Budaya yang hilang harus dikembalikan melalui tulisan dan buku. Kita harus terus menulis agar warisan kita tidak lenyap,” ujar Surabut.
Kepala Kampung Induk Walelagama, Boas Itlay, menyatakan bahwa sekolah adat sangat penting bagi masyarakat. Oleh karena itu, dirinya mendukung keberadaan sekolah adat Kampung Walelagama.
“Saya sangat mendukung keberadaan sekolah adat ini. Suku Hubula telah kehilangan banyak nilai budaya, dan kita harus menghidupkannya kembali,” katanya.
Sementara itu, Kepala Distrik Walelagama, Karlos Elosak menyatakan dukungannya atas keberadaan sekolah adat ini.
“Saya secara pribadi dan sebagai perwakilan pemerintah sangat setuju dengan adanya sekolah adat ini. Kita harus kembalikan roh orang Hubula yang asli,” kata Elosak.
Ketua LMA Jayawijaya Herman Doga mengatakan, sekolah adat Walelagama bisa membantu suku Hubula, untuk menjaga identitas mereka.
“Sebagian dari kita sudah kehilangan budaya, bahkan ada yang sudah lupa sepenuhnya. Sekolah adat ini membantu kita mempertahankan yang masih ada,” katanya.
Mis Kogoya, salah satu ketua yayasan di Papua Pegunungan menyatakan, sekolah adat ini adalah langkah bersama untuk menjaga budaya Papua.
“Kami siap berkolaborasi agar warisan ini tetap hidup,” ujarnya.
Kogoya bahkan menekankan pentingnya bahasa daerah di sekolah adat itu.
“Bahasa nasional bisa berubah, tetapi bahasa suku adalah warisan yang diberikan oleh Tuhan. Kita harus menjaganya,” kata Kogoya.
Sekolah adat di Kampung Walelagama merupakan sekolah adat yang ketiga di Jayawijaya. Sebelumnya, sekolah adat serupa diresmikan.
Kedua sekolah adat itu adalah Sekolah Adat Santo Yohanes Pembaptis II Kampung Sumunikama, Distrik Itlay-Hisage, yang diresmikan pada Sabtu dini hari (26/4/2025), dan Sekolah Adat Santo Yohanes Pembaptis I di Kampung Yogonima, Distrik Itlay-Hisage. (*)