Viktor Tekege, belajar otodidak jadi mekanik

Pria itu bernama Viktor Tekege. Dia adalah pemuda OAP (OAP) dari Kampung Bomomani, Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah.
Pria itu bernama Viktor Tekege. Dia adalah pemuda OAP (OAP) dari Kampung Bomomani, Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah. - IST

Mapia, Dogiyai, WAGADEI – Sejauh mata memandang, tampak sebuah bangunan sederhana. Berlantai tanah dan berdinding seng. Ukurannya tidak terlalu luas.

Semakin mendekat, semakin diketahui, ternyata bangunan itu adalah sebuah bengkel. Terbaca dari aktivitas seorang pemuda OAP. Dia sedang mengutak-atik mobil yang berjejer.

Penampilan pemuda itu begitu sederhana. Hanya memakai kaos berkerah dan celana pendek, serta sandal jepit.

Bacaan Lainnya

Pria itu bernama Viktor Tekege. Dia adalah pemuda OAP (OAP) dari Kampung Bomomani, Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah.

Viktor Tekege ternyata belajar otodidak menjadi mekanik. Tepatnya mekanik bengkel mobil.

Mekanik bengkel adalah salah satu pekerjaan yang jarang ditekuni OAP. Viktor Tekege menangkap peluang itu.

Pemuda OAP dari Mapia, Dogiyai, Provinsi Papua Tengah itu, menunjukkan kemampuan luar biasanya.

Bagi Viktor Tekege, OAP juga memiliki bakat dan kemampuan di bidang mekanik perbengkelan.

Meski hanya seorang pemuda biasa Viktor Tekege membuktikan keahliannya. Hal itu ditandai dengan tekadnya, untuk membuka bengkel mobil sederhana di Dogiyai.

Membuka bengkel mobil berawal dari pengalamannya, 17 tahun lalu. Ketika itu, tahun 2008, Tekege membuka bengkel mobil dan genset atau generator.

Seiring berjalannya waktu, Viktor belajar memperbaiki mobil secara otodidak. Demikian pula cara mengendarai mobil.

Dia belajar sendiri. Hingga Viktor bisa mengutak-atik cara menurunkan mesin.

Pengalaman itu memotivasi dia. Hingga akhirnya bertekad membuka bengkel sendiri.

“Kenapa orang non-Papua bisa kita anak (asli).Papua tidak bisa? Padahal pada prinsipnya kita sama-sama manusia,” ujarnya kepada Wagadei belum lama ini di Mapia, Dogiyai.

Bengkelnya yang sederhana, berlantai tanah, dan dipagari seng bekas, justru mempekerjakan OAP. Beberapa pemuda asli Papua menjadi karyawan Viktor.

Enam belas tahun bukan waktu yang mudah bagi Viktor, untuk menjalankan usaha bengkel otomotif.

“Saya mengambil anak-anak asli Papua sebagai karyawan,” ujar Viktor Tekege.

Pria itu bernama Viktor Tekege. Dia adalah pemuda OAP (OAP) dari Kampung Bomomani, Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah.
Pria itu bernama Viktor Tekege. Dia adalah pemuda OAP (OAP) dari Kampung Bomomani, Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah.

Viktor memilih OAP menjadi karyawan, karena ingin mentransfer ilmu kepada anak-anak OAP.

“Agar kita juga memberdayakan orang Papua, supaya terus ada kelanjutan di bidang otomotif,” ujarnya.

Viktor berujar, tidak semua anak Papua, bisa menjadi ahli di bidang otomotif.

Bengkel mobil milik Viktor melayani perbaikan mesin tipe mesin mobil bensin, diesel, motor dan genset.

Viktor juga membutuhkan peralatan yang lengkap, untuk menunjang usaha tersebut. Karena selama ini bengkelnya tidak mempunya alat modern seperti diagnosis.

“Alat tersebut akan memudahkan mendeteksi (mendiagnosis) kerusakan pada mesin mobil,” katanya.

Dia mengatakan, sistem mobil sekarang sudah Electronic Control Unit (ECU) pakai komputer.

“Berbeda dengan mesin-mesin dulu. Karena manual saja jadi kerja tutup mata saja barang jadi. Tapi sekarang tanpa barang itu (diagnosis) susah untuk mendeteksi kerusakan pada mobil, raba-raba bikin kepala sakit,” katanya.

Viktor menjelaskan orang Papua yang bergelut di bidang otomotif sangat minim. Meskipun cukup banyak anak Papua yang menekuni bidang otomotif, mereka dianggap kurang serius dalam mengembangkan keahliannya, untuk menekuni usaha perbengkelan.

Dia berkata, nyali untuk membuka bengkel itu yang kurang untuk anak-anak Papua, meski punya skill. Maka dari itu, kini saatnya OAP bersaing dengan orang-orang non-Papua. Terutama di bidang usaha perbengkelan.

“Kita tunjukkan bahwa kita (OAP) juga bisa,” ujarnya.

Viktor selalu meyakini bahwa usaha apa saja bagi OAP, asal ditekuni, maka niscaya akan berhasil.

Ketika bangkit untuk mandiri, lanjutnya, maka ke depan menjadi lebih bagus, terutama kualitas.

“Ketika kita punya kemauan untuk menekuni dan mencintai, kita punya usaha akan berjalan baik. Tergantung keseriusan kita untuk menjalankan usaha tersebut,” katanya.

Dalam menjalankan usaha bengkelnya, Viktor menghadapi banyak kendala, terutama soal finansial. Dia terkendala modal.

Menurut dia, penyebabnya sederhana. Orang Papua di mata bank tidak dipercaya lagi.

“Kita tidak begitu diperhatikan, ketika kita berikan penawaran ke bank, mereka masih pikir-pikir untuk memberikan modal ke kita,” ujarnya.

Oleh sebab itu, Viktor meminta pemerintah berperan aktif mendukung pengusaha anak asli Papua. Terutama Pemerintah Kabupaten Dogiyai dan Pemerintah Provinsi Papua Tengah.

“(Pemerintah) harus melihat usaha seperti kami ini,” katanya.

Menurutnya pemerintah bertanggung jawab, untuk memberikan modal kepada orang Papua dalam bentuk apa saja, baik dana hibah, maupun bergulir langsung dari pemerintah.

“Kalau ada modal saya bisa bikin bengkel otomotif yang besar (permanen) seperti milik non Papua. Tidak seperti sekarang yang hanya beralas tanah ini, bisa dikatakan bengkel separuh tradisional,” katanya.

Tekege mengajak OAP lainnya, agar bisa membuktikan keahliannya. Agar lebih maju dan bisa bersaing dengan orang non-Papua di tanah ini.

“Pemerintah harus bantu kami,” katanya.

Viktor juga menginginkan agar usaha yang dijalani OAP lebih maju. Bahkan harus punya dealer mobil.

Tokoh pemuda Dogiyai, Kris Degei mengatakan, Pemerintah Kabupaten Dogiyai dan Pemerintah Provinsi Papua Tengah, perlu mendorong usaha perekonomian milik OAP, agar dapat bersaing dengan warga non-Papua, dan menjadi tuan di negeri sendiri.

“Perlu bantuan modal, terutama usaha-usaha yang dijalankan serius bertahun-tahun,” katanya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan