Polres dan RSUD Nabire bilang tak ada racun di sampel makanan, keluarga korban Norlince Pekei nyatakan dokter IGD bohongi publik

Kapolres Nabire, Kapolres Nabire, AKBP Samuel D. Tatiratu (tengah), Kasat Reskrim Polres Nabire, AKP. Berthu A.E. Anwar, Direktur BLUD RSUD Nabire, dr. Frans Sayori, dokter spesialis penyakit dalam BLUD RSDU Nabire, dr. Ummul Haid, Sp.PD, dr. Nadia Tenriany Najib selaku dokter jaga yang menerima pasien di IGD tanggal 2 Januari 2025, Kasie Humas Polres Nabire Yaudi dan Kasie Propam Polres Nabire Iptu Muhammad Mudasir di Mapolres Nabire, Kamis, (16/1/2025) - Yamoye'AB

Nabire, WAGADEI – Kematian suster perawat Norlince Pekei (NP) yang diduga akibat keracunan makanan pada tanggal 2 Januari 2025 di Nabire pasca makan makanan yang dibeli di pasar pagi Bumi Wonorejo Nabire akhirnya diungkap oleh Kepolisian Resort (Polres) Nabire bersama BLUD RSUD Nabire, Papua Tengah pada hari Kamis, (16/1/2025).

Walaupun dengan tegas Polres dan RSUD Nabire bilang kematian NP yang kesehariannya bekerja sebagai suster perawat di RSU Pratama Deiyai bukan lantaran keracunan makanan, namun dibantah dengan tegas oleh suaminya, Ferdinant Pakage sebagai saksi tunggal sejak awal kejadian di rumah hingga menghembuskan nafas terakhir di RSUD Nabire.

Bacaan Lainnya

Kepolisian Resort (Polres) Nabire dan BLUD RSUD Nabire menyampaikan bahwa hasil uji sampel makanan yang dikonsumsi korban Norlince Pekei (NP) menunjukan tak ada bahan racun yang tercampur di dalam makanan tersebut yang dapat menyebabkan kematian.

Hal itu diungkapkan dokter spesialis penyakit dalam BLUD RSDU Nabire, dr. Ummul Haid, Sp.PD ketika menggelar konferensi pers di Mapolres Nabire, Kamis, (16/1/2025) terkait penyampaian hasil uji laboratorium sampel makanan. Ia didampingi Kapolres Nabire, Samuel D. Tatiratu, Kasat Reskrim Polres Nabire, AKP. Berthu A.E. Anwar, Direktur BLUD RSUD Nabire, dr. Frans Sayori, dr. Nadia Tenriany Najib selaku dokter jaga yang menerima pasien di IGD tanggal 2 Januari 2025, Kasie Humas Polres Nabire Yaudi dan Kasie Propam Polres Nabire Iptu Muhammad Mudasir.

“Dari hasil uji lab atas sampel makanan yang dimakam korban berinisial NP tidak menemukan bukti pasti bahwa kematian disebabkan oleh keracunan makanan,” kata dokter spesialis penyakit dalam BLUD RSDU Nabire, dokter Ummul.

Menurut dokter Ummul, penyebab kematian korban lantaran gagal nafas.
Baca: Keluarga Minta Polres Nabire Segera Umumkan Hasil Uji Sampel Makanan Penyebab Keracunan Suster Norlince Pekei

Sementara adanya busa di mulut dan lubang hidup, kata dia, merupakan efek dari tindakan resusitasi medis. Resusitasi, lanjut dia, merupakan prosedur pertolongan pertama untuk mengembalikan pernafasan dan detak jantung seseorang yang berhenti.

Ummul mengatakan, Balai Laboratorium Kesehatan Jayapura melakukan pemeriksaan terhadap sampel air sebanyak tiga botol dan sampel makanan sebanyak tiga jenis yakni nasi campur, sambal dan kue.

“Kesimpulan yang saya tarik setelah menerima anamnesa dari dokter IGD, anamnesa pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan uji laboratorium. Maka penyebab kematian pasien tidak ada hubungan dengan keracunan,” kata Ummul.

Sementara dr. Nadia Tenriany Najib selaku dokter jaga yang menerima pasien di IGD tanggal 2 Januari 2025 mengatakan, ketika korban tiba di RSUD hanya dengan satirasi oksigen 35 persen sementara denyut nadi 140 bpm.

“Tindakan medis kami lakukan, tapi korban tidak dapat diselamatkan,” ujar dr. Nadia Tenriany Najib.

Ia juga menyampaikan, pasien datang ke IGD dalam kondisi sesak napas berat dengan saturasi yang diukur 35 persen. “Kami simpulkan penyebab kematian pasien adalah gagal napas,” ucapnya.

Namun Ferdinant Pakage, suaminya korban meninggal dunia Norlince Pekei membantah pernyataan dokter jaga IDG itu. Pakage menegaskan, dokter dan tim medis yang berada di ruang IGD BLUD RSUD Nabire tidak melakukan tindakan medis terhadap istrinya Norlince Pekei.


“Saya sebagai saksi tunggal yang antar istriku ke RSUD, dokter dan perawat tidak melayani almarhuma. Jadi apa yang dokter bicara itu seolah-olah dia melakukan tindakan medis, padaham tidak melakukan Tindakan medis. Tapi kami paham karena dokter dengan tim medis dapat tekanan dari pihak lain sehingga dokter bicara hal yang seolah-olah benar, padahal melakukan pembohongan publik,” kata Ferdinant Pakage saat ditemui wagadei.id

“Saat itu (setelah ibu hembuskan nafas terakhir) dokter jaga IGD secara spontan mengaku bahwa adanya busa di mulut dan hidung itu karena keracunan makanan. Kenapa musti disembunyikan saat konfrensi pers. Kalian tipu orang lain boleh, dokter sendiri bicara dengan saya sebelum polisi masuk ke ruangan dokter di RSUD sesaat ibu meninggal dunia,” ungkap Pakage tegas.

Kapolres Nabire, Samuel D. Tatiratu mengatakan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap tiga orang dokter yang melakukan pemeriksaan terhadap korban Norlince Pekei saat ditangani di RSUD Nabire.
“Kami juga memeriksa tujuh orang yang menjual makanan di Pasar Pagi Wonorejo, tempat di mana korban membeli makanan,” kata Tatiratu.

Tak hanya itu, Samuel menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan penyelidikan dengan mengirim sampel makanan ke Balai Laboratorium Kesehatan Jayapura, dan hasilnya telah diketahui dan disampaikan oleh dokter penyakit dalam RSUD Nabire.

“Kami menerima dan mengamankan hasil visum luar korban dari RSUD Nabire dan salinan resume medis dari RSUD Paniai pada tanggal 11 Juli 2024,” ucapnya.

Dia menyatakan bahwa ada satu hal yang menjadi kendala untuk dilakukan penyelidikan, yakni pihak keluarga menolak untuk dilakukan otopsi terhadap korban, sehingga tidak dilakukan otopsi bagian dalam tubuh korban.

Suster perawat Norlince Pekei ketika melakukan pelayanan di RSUD – Ist

“Untuk penolakan otopsi oleh keluarga korban sudah kami buatkan berita acara penolakan otopsi. Kami hanya melakukan uji sampel pada makanan yang dimakan korban,” ujar Samuel.

Kasat Reskrim Polres Nabire AKP Berthu H.E. Anwar, menegaskan bahwa penyelidikan tetap berlanjut guna memastikan tidak ada pelanggaran di bidang perlindungan konsumen. Polres Nabire juga menghadapi kendala akibat penolakan keluarga untuk dilakukan autopsi terhadap jenazah korban.

Polres Nabire berkomitmen menyelesaikan kasus ini dengan profesional. Kapolres Nabire menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat untuk mendukung proses hukum, termasuk memberikan izin untuk tindakan medis lebih lanjut seperti autopsi guna memastikan penyebab kematian secara pasti.

Ferdinant Pakage menegaskan, hasil pengungkapan kasus itu tidak benar, karena istirnya meninggal dunia di ruangan IGD tanpa tindakan medis, padahal almarhuma telah meneriak bahwa dirinya adalah seorang perawat sehingga harus dilayani dengan memasangkan oksigen nafas.

“Layani saya dengan oksigen, napas saya sudah koma. Oknum RSUD menyampaikan hasil seolah-olah mereka lakukan tindakan medis,” katanya.

Atas pernyataan pihak RSUD Nabire itu ia menuding adanya tekanan dari pihak tertentu sehingga dokter menyampaikan keinginan dari pihak tertentu itu pula.

“Yang tahu kasus ini hanyalah saya dengan dokter jaga IGD, perawat di IGD dan para pasien yang ada di IGD. Jadi ada indikasi bahwa dokter jada IGD mengalami tekanan dari oknum tertentu bahwa harus sembunyikan fakta,” ujarnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan