Keluarga Minta Polres Nabire Segera Umumkan Hasil Uji Sampel Makanan Penyebab Keracunan Suster Norlince Pekei

Ferdinant Pakage bersama salah satu anaknya di makam istrinya Norlince Pekei, Sabtu, (11/1/2025) - Yamoye'AB/wagadei.id


Nabire, WAGADEI –
Kasus yang baru saja menghebohkan kabupaten Nabire, Papua Tengah maupun daerah lain merupakan kasus dugaan keracunan makanan di pasar pagi yang berlokasi di Bumi Wonorejo Nabire yang merenggut nyawa suster perawat Norlince Pekei sekaligus sebagai ibu rumah tangga harus meninggal dunia dalam sekejap setelah membeli dan memakan makanan berupa nasi goreng di pasar Pagi Bumi Wonorejo.

Kasus ini terjadi pada hari Kamis, (2/1/2025) pagi hari. Awalnya Norlince Pekei bersama seorang anaknya pergi ke pasar yang tak jauh dari rumahnya itu menggunakan motor, usai belanja kembali ke rumah untuk santap sebagai sarapan pagi.

Usai korban meninggal dunia, Polisi Resort (Polres) Nabire langsung tangani kasus tersebut. Salah satunya adalah mengirimkan sampel makanan ke laboratorium forensik (labfor) Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura.

Hal itu dikatakan Ferdinant Pakage, suami korban meninggal dunia saat ditemui wagadei.id di Nabire, Sabtu, (11/1/2025). Menurut dia, pihaknya bersama Polres Nabire berkomitmen agar dalam tujuh hari akan diungkap hasilnya.

“Kami keluarga selama duka ini berlangsung tunggu informasi pasti dari pihak Polres Nabire atas pengujian sampel makanan yang dikirim ke RS Bhayangkara Jayapura. Tapi belum ada informasi pasti. Sehingga kami ingin supaya segera umumkan,” Ferdinant Pakage.

Awalnya kasus kematian istrinya ini, kata Pakage, sudah diviralkan melalui sosial media seperti WhatsApp Group, facebook, youtube dan lainnya yang menyatakan bahwa almarhuma Norlince Pekei itu kematiannya disebabkan oleh keracunan makanan yang dibeli pada tanggal 2 Januari 2025 di pasar pagi Bumi Wonorejo.

Ferdinant Pakage, suami korban meninggal dunia Norlince Pekei saat diwawancaia di ruamhnya, sabtu, (11/1/2025. Ia berharap Polres Nabire segera mengungkap kasus kematian istrinya tercintanya – Yamoye’AB/wagadei.id

Pasca istrinya menghembuskan nafas terakhir di RSUD Nabire, lanjut dia, sebagai anak bangsa langsung menempuh secara prosedur hukum dengan melaporkan kepada Polres Nabire tanpa melakukan main hakim sendiri di pasar pagi.

“Pagi itu juga kasus ini kami melaporkan ke Polres Nabire maupun Polda Papua Tengah. Kami sudah mediasi penutupan sementara pasar pagi di Bumi Wonorejo. Dan hasil kesepakatan pihak korban maupun kepala pasar pagi ditutup selama tujuh hari terhitung tanggal 6 sampai 11 Januari 2025,” ungkapnya.

Jika molor waktu mengumumkan hasil laboratorium forensik maka pihaknya bakal melakukan pengusutan ulang. “Kalau lewat dari batas waktu yang disepakati, maka kami pihak korban tidak akan terima apapun hasilnya,” ucapnya.

“Kalau molor-molor waktu, kami dari pihak keluarga korban meminta kepada Polres Nabire dan RS Bhayangkara harus pemeriksaan atau usut ulang. Dan itu harus disaksikan oleh saya sebagai suami korban, keluarganya dari almarhuma dan lembaga independent seperti Komnas HAM serta pelu adanya keterlibatan dari pengacara hukum supaya kita sama-sama membuktikan kebenarannya bahwa ini sudah diuji melalui laboratorium forensik dan hasilnya terdeteksi virus atau tidak terdeteksi,” ujar Pakage.

Kepala Satuan Reskrim Polres Nabire, AKP Bertu Haridyka Eka Anwar yang dikonfirmasi wagadei.id mengakui pihaknya telah mengantongi hasil laboratorium forensic atas pengujian sampel makanan tersebut.

“Hasil lab sudah ada, nanti kita akan release (konferensi pers) dengan Kapolres (Nabire) baru. Sekalian dengan video viral terkait uang paslu,” kata AKP Bertu Haridyka Eka Anwar melalui pesan WhatsApp.

Ferdinant pakage menginginkan agar kasus tersebut harus dibuka secara terang benderang demi kemanusiaan, sebab hal serupa juga telah terjadi beberapa waktu lalu namun dibiarkan saja.

Ia juga meminta agar semua pihak harus sama-sama dukungan kasus ini agar kedepan tidak boleh terjadi lagi. “Semua stakeholder sama-sama bekerjasama dalam pengungkapan kasus ini demi kemanusiaan,” ucapnya.

“Semua orang harus mengetahui bahwa jasadnya almarhuma dimakamkan di saya punya halaman rumah, bukan di tempat pemakaman umum. Ini sengaja saya makamkan di rumah dengan maksud kasus ini harus diusut tuntas atas penyebab kematian dari istriku,” ungkapnya.

Kronologi singkat

Menurut Ferdinant, pada pagi hari tanggal 2 Januari 2025 sekitar pukul 07.30 WP, korban bersama anak-anaknya pergi ke pasar pagi Bumi Wonorejo menggunakan motor untuk membeli makanan sebagai sarapan. Setelah itu korban bersama anaknya kembali ke rumah dan menyantap makanan yang dibeli.

Suster perawat Norlince Pekei ketika melakukan pelayanan di RSUD – Ist

Menu makanan yang dibeli adalah nasi goreng pakai ikan. Saat menyantap makanan, suaminya naik ke lantai dua (rumah), sementara korban bersama anak-anaknya makan di ruang makan yang berada di lantai satu.

Usai menikmati sarapan, Norlince (korban) mengalami sakit perut, kepala pusing, panas tinggi serta mengalami gangguan sesak nafas. Nafasnya sangat tidak bisa lagi tahan, karena kondisinya semakin membuuruk akhirnya suaminya Ferdinant yang ada di lantai dua turun ke lantai satu atas permintaan istinya dan anak-anaknya untuk menolong.

Korban meminta suaminya agar diantarkan ke RSUD Nabire untuk dilakukan penanganan medis, sesaatnya hendak jalan korban tiba-tiba menceret di tempat. Nafasnya makin darurat, suaminya bunyikan motor seraya meminta istinya harus pegang kuat. Istrinya naik di belakang sambil pegang dari belakang, hingga sampai di lanpu merah Oyehe dayanya makin menurun, tidak bisa pegang bahu suami. Ferdinant khawatir jangan sampai istrinya jatuh di tengah jalan, ia mengendarai di pinggir jalan sampai pegang istrinya.

Sampai di Malompo, istrinya sudah tidak mampu memegang baju suaminya, ia makin khawatir tapi istirinya bilang harus balap sampai di RSUD.

Setibanya di RSUD, ibu Pekei terbanting. Suaminya meminta petugas Kesehatan untuk memberikan kursi roda namun tiada, terpaksa suaminya pegang tangan saja ke ruang gawat darurat. Di ruangan ini ada dokter jaga dan perawat, namun terksesan dibiarkan (tidak melakukan pertolongan) tanpa penanganan medis. Suaminya meminta tim medis untuk memasang oksigen namun tak digubrik. Sontaknya saja almarhuma juga teriak; “Dokter tolong bantu saya, saya sedang sesak nafas, saya tidak bisa bernafas lagi. Nafas say aini harus dibantu dengan oksigen, saya tahu kondisi tubuh saya karena saya juga seorang perawat,” itulah kata-kata terakhir Norlince di RSUD Nabire.

Teriakan itu sama saja bicara dengan tembok, tak ada yang menyahut. Dalam hitungan menit Norlince Pekei seorang perawat itu menghembuskan nafas terakhir dari pangkuan sang suaminya yang tercinta.

Usai hembuskan nafas terakhir, almarhuma mengeluarkan busa berwarna putih melalui mulut dan hidungnya. Karena agak aneh, maka sang suaminya bertanya kepada dokter dan tim medis yang ada di ruangan itu, secara spontan dokter yang ada di tempat menanyakan kepada Ferdinant; “Tadi ibu makan apa? Itu keracunan makannan”. Secara bergiliran juga para tim medis menyampaikan bahwa keluarnya busa-busa itu pengaruh makanan beracun.

Selanjutnya Ferdinant Pakage biarkan jasad istirnya lalu menuju ke kantor Polres Nabire guna membuat laporan polisi atas kematian Norlince yang diduga keracunan makanan itu.

Mayat korban kemudian dibawah ke rumahnya di bilangan Kali Bobo Nabire, Nabire untuk disemayamkan dan akhirnya dikebumikan di halaman rumahnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan