Perayaan Yubileum Paroki Waghete Deiyai, Mengenang Perjalanan 75 Tahun Yang Gemilang

Waghete, WAGADEI – Tanggal 24 Juni 2024, gereja Katolik Paroki St. Yohanes Pemandi Waghete, Dekenat Tigi, Keuskupan Timika genap berusia 75 tahun dari tahun 1949 – 2024.

Perjalanan panjang ini telah dibacakan oleh Hubertus Takimai, pewarta tua di gereja pada perayaan misa Yubileum yang dipimpin oleh Administrator Keuskupan Timika, Pastor Marthen Ekowaibii Kuayo, Pr bersama sejumlah Pastor lainnya di gereja Katolik tersebut.

Misa akbar ini dihadiri ribuan Umat Katolik dan jemaat yang berdatangan dari Nabire, Timika, Dogiyai dan Paniai.

Administrator Keuskupan Timika, Pastor Marthen Ekowaibi Kuayo, Pr. menyampaikan dua pesan penting kepada umat Katolik dan simpatisan dalam perayaan Pesta Yubileum 75 Tahun Paroki Santo Yohanes Pemandi Waghete pada Senin, (24/6/2024).

Kuayo mengatakan, pesta Yubileum 75 tahun atas usaha, keringat dan jeripaya dari para pendahulu entah misionaris maupun para umat lainnya.

“Maka, ada dua hal yang harus kita lakukan supaya nama kita disebut dalam perayaan 100 tahun nantinya yakni pembinaan iman dan pembangunan sumber daya manusia,” katanya.

Ia juga mengatakan, pembinaan iman yang dimaksud adalah para Pastor, biarawan-biarawati dan para katekis memperjuangkan iman umat katolik untuk menghindari kejahatan.

“Orang beriman berarti beriman kepada Allah Tri Tunggal maka dalam hidupnya ia akan menghindari penyakit sosial seperti mabuk-mabukan, mencuri, hawa nafsu dan lain-lain,” katanya.

Ia juga menegaskan tentang pendidikan, semua kalangan pasti sepakat bahwa pendidikan menjadi salah satu ujung tombak dari moralitas suatu bangsa dan negara. Peradaban moral suatu bangsa akan maju jika pendidikannya menjadi prioritas terdepan. Apabila generasi muda Papua terutama di wilayahnya mau berbenah dan meningkatkan kegiatan belajarnya, maka ia mengajak semua komponen sudah saatnya bangkit dari kebodohan dan kental akan pendidikan dan pengetahuan.

“Suatu bangsa akan disebut maju apabila sistem pendidikannya ditata dengan baik. Dulu Misionaris datang bukan hanya bawa pembinaan iman tapi juga bawa pendidikan. Maka tugas kita juga melakukan pembinaan iman sekaligus menata pendidikan agar sumber daya manusia kita semakin baik,” katanya.

Ia mengenang, dulu suku Mee menjadi guru di mana-mana hingga di Pegunungan Bintang, kini saatnya negeri suku Mee harus benahi pendidikan dan ciptakan SDM yang unggul.

“Saya mengimbau kepada pemerintah daerah untuk memperhatikan sekolah-sekolah Yayasan agar sekolah-sekolah Yayasan ini menjadi sekolah percontohan. Ini masuk pilkada. Umat tolong sampaikan kepada Bupati berikut, bahwa tolong berikan perhatian khusus  terhadap pendidikan, karena pendidikan menjadi tolak ukur majunya suatu bangsa,” ujarnya.

Ketua panitia Yubileum 75 tahun, Bruno Mote mengatakan, pihaknya telah mendapatkan dukungan anggaran dari pemerintah kabupaten Deiyai dan pemerintah provinsi Papua Tengah masing-masing Rp 500 juta.

“Kami juga telah mendapatkan dukungan dari pemerintah kabupaten Deiyai dan pemerintah provinsi Papua Tengah, semoga kedepannya bantuan ini selalu ada terutama di dalam pembinaan kerohanian antar umat beragama,” ujar Mote.

Penjabat (Pj) Bupati Deiyai, Elimelek Edowai mengatakan, pada 75 tahun lalu maupun sebelumnya pada misionaris terdahulu dalam menjalankan tugas pokok mewartakan sabda Tuhan dengan membuka gereja juga membawa misi keselamatan hidup bagi umat manusia, melalui pembangunan pendidikan dengan membuka sekolah-sekolah dan asrama.

Di bidang kesehatan dan asrama, di bidang kesehatan membuka rumah sakit ataupun klinik, di bidang sosial ajarkan cara menjahit, memasak, cara bercocok tanam, beternak, di bidang transportasi para misionaris juga membuka transportasi udara pesawat perintis sehingga memudahkan jangkauan pelayanan dengan pesawat-pesawat kecil di daerah terpencil yang penuh dengan resiko medan yang berat.

“Semua yang dilakukan ini hanya untuk satu tujuan yaitu untuk memberitakan kabar suka cita dan damai sejahtera di negeri orang Mee khususnya di Deiyai. sehingga hasilnya kita merasakan bersama yaitu banyak putra-putri suku Mee yang telah berhasil dan terpanggil untuk menjadi Uskup, imam, biarawan dan biarawati dalam melanjutkan tongkat estafet para misionaris terdahulu sebagai tim sukses Yesus Kristus. Kita juga bisa melihat bahwa generasi suku Mee yang menjadi pemimpin di atas tanah ini,” ujarnya.

Oleh karena itu, pada momentum ini ia mengajak agar menggunakan moment peringatan Yubileum 75 tahun bersama-sama meningkatkan kualitas iman sehari-hari dalam tugas dan tanggung jawab.

“75 tahun bukan waktu yang kecil, ini dibangun cukup lama. Kita mesti hargai perjalanan pembangunan iman gereja Katolik di negeri ini,” katanya.

Pemerintah Provinsi Papua Tengah yang diwakili Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Ausilius You pada perayaan itu mengajak umat untuk saling mengasihi. Sebagai anak-anak pilihan Allah dapat dengan sungguh memiliki kasih kepada sesama.

“Itu sebagaimana yang tertulis dalam kitab suci 1 Yohanes 4:7-8 yang berbunyi saudara-saudaraku, marilah kita saling mengasihi sebab kasih itu berasal dari Allah dan setiap orang yang mengasihi lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barang siapa tidak mengasihi ia tidak mengenal Allah sebab Allah adalah kasih,” kata Ausilius You saat menyampaikan Sambutan Pj. Gubernur Papua Tengah Dr. Ribka Haluk.

Ia mengatakan, kasih harus dimiliki dan dipegang teguh oleh semua umat manusia untuk saling menolong, saling mendoakan dan saling mengampuni antar sesama Kristus yang merupakan kasih itu sendiri telah melakukan semua itu untuk diri kita masing-masing.

“Saya senang sekali bisa hadir bersama umat di Gereja Katolik Paroki Yohanes Pemandi Waghete dan melaksanakan Misa Perayaan Yubelium 75 Tahun Paroki ini dengan meriah bersama umat. Kiranya momentum ini menjadi bagian dari memperkokoh persaudaraan kita untuk terus saling mengasihi,” katanya.

Ia juga mengajak umat Katolik di keuskupan Timika untuk bersukacita dalam Kristus dan berkarya dalam komunitas pelayanan yang diembani.

“Damai sejahtera sebagai suasana hidup yang rukun dan tentram tidak hanya berkaitan antara hubungan manusia dengan Tuhan tetapi juga hubungan antar sesama manusia dan antara manusia dan alam semesta,” katanya.

Menurutnya, hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam semesta sungguh melekat sebagaimana Provinsi Papua Tengah penuh dengan keberagaman suku, ras, agama, tradisi, adat istiadat dan juga bahasa.

“Kebaikan Tuhan begitu nyata dan tercurah di negeri ini karena kita dipersatukan ditengah perbedaan yang ada bukan serta merta biasa namun untuk menjadi teladan bagi provinsi lain di Indonesia terutama daerah otonomi baru (DOB),” ujarnya.

Oleh karena itu, kata dia, penting bagi umat Katolik terutama di paroki Yohanes Pemandi Waghete untuk bersyukur pada perayaan ini untuk terus menjadi berkat bagi banyak orang lewat pelayanan di kombas, stase, quasi, paroki, dekenat bahkan di Keuskupan.

“Saya yakin dengan adanya perayaan ini kita dapat menginspirasi dan mewujudkan pesan damai dan semangat pelayanan kepada umat yang membutuhkan. Berbagi kasih kegembiraan dan kedamaian kepada sesama manusia dapat kita tuangkan melalui sikap melayani dan mengayomi yang berkarakter dan berdampak kebaikan melalui hati dan pikiran positif yang terus membangun,” katanya.

Diharapkan umat Katolik untuk terlibat aktif dalam menata kehidupan bergereja, berbangsa, dan bernegara yang bermartabat untuk mewujudkan kesejahteraan umat.

“Mari kita memohon kepada Tuhan agar Provinsi Papua Tengah yang kita cintai ini secara khusus Paroki Yohanes Pemandi Waghete, Kabupaten Deiyai selalu damai. Kita semua diberikan kekuatan untuk menjaga, dan memelihara persaudaraan serta menemukan persamaan dalam perbedaan,” katanya.

Kesempatan ini, Pemprov Papua Tengah memberikan sumbangan uang sebesar Rp. 500.000.000 kepada gereja Katolik Paroki Yohanes Pemandi Waghete untuk membantu perkembangan iman umat. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *