Jayapura, WAGADEI – Sejak peristiwa konflik senjata terjadi pada Agustus 2019 lalu di Intan Jaya hingga sekarang tak sedikit korban nyawa. Terutama warga sipil jadi sasaran apabila kedua pihak kombatan aparat keamanan maupun TPN-PB OPM tak bertemu di ujung senjata.
Peristiwa pada Senin, (8/4/2024) menjadi catatan kelam bagi kedua pihak yang bertikai pasalnya anak di bawah umur harus merenggut nyawa ketika berlindung di dalam rumah dalam keadaan duka pasca kematian kepala keluarga Felix Sondegau, ayahnya anak Ronal Ronaldus Sondegau.
Untuk itu Forum Komunikasi Mahasiswa Intan Jaya atau FKMI yang sedang mengenyam pendidikan di Nabire, ibukota provinsi Papua Tengah menyikapi kejadian penembakan terhadap dua anak Ronal Ronaldus Duwitau, siswa kelas VI SD Inpres Yokatapa dan Nepina Duwitau.
Atas kejadian ini, juru bicara FKMI Anggrek Bagubau menegaskan, keberadaan militer organik maupun non organik di Intan Jaya menjadi biang kerok semua rangakaian kekerasan terhadap masyarakat sipil, namun sebaliknya juga TPN-PB OPM.
Untuk itu pihaknya meminta pelaku pembunuhan dua nak SD di bawah umur dituntut bertanggung jawab berdasarkan hukum, adili pelaku dan memproses sesuai UU Nomor 39 Tahun 1999.”Segera tarik militer organik dan non organik dari Intan Jaya dan seluruh dan wilayah Papua,” ucapnya.
Pihaknya menyerukan aparat keamanan yang tergabung di dalam operasi damai Cartenz berhenti melakukan kekerasan atau tidak boleh menghilangkan nyawa terhadap anak dan ibu serta masyarakat pribumi di Intan Jaya.
“Dengan tegas kami minta segera pindahkan pos Brimob di depan jaringan Telkomsel dan pos Brimob di samping Bank Papua. Itu sangat menganggu kenyamanan warga, apalagi pos samping Bank Papua telah menembak mati dua orang, yang pertama Yusak Sondegau dan sekarang anak Ronal Ronaldus Sondegau. Mereka (Brimob) hanya jaga-jaga masyarakat kalau tidak berhasil tembak TPNPB lampiaskan kepada masyarakat saja,” ujarnya tegas.
Pihaknya juga meminta jangan menangkap masyarakat sipil secara sewenang-wenang.
“Kami pihak keluarga korban meminta kepada negara Indonesia segera bertanggung jawab atas dua anak SD yang korban, satunya meninggal dunia dan satu lagi dirawat di RSUD Nabire,” ujarnya.
“Kami juga meminta kepada negara dalam hal ini Pangdam dan Kapolda segera hentikan jabatan para pelaku pembunuhan dua anak SD di Intan Jaya. Hentikan pendropan militer organik dan non organik di kabupaten Intan Jaya,” ujarnya. (*)