Nabire, WAGADEI – Duka masih menyelimuti keluarga anak korban meninggal dunia, Ronal Ronaldus Sondegau di sekitar kampung Yokatapa, Sugapa, Intan Jaya. Seluruh kerabat berkumpul di rumah yang tak jauh dari kantor Bank Papua cabang Sugapa untuk berdoa kematian Felix Sondegau, bapaknya Ronal Ronaldus Sondegau.
Hari itu, Senin, (8/4/2024) merupakan hari ketujuh kematian Felix Sondegau, namun peristiwa saling tembak senjata antara aparat keamanan Operasi Damai Cartenz dengan TPN-PB OPM di Intan Jaya kembali bunyi tembakan senjata. Door, door, dooooorrrr. Tandanya senjata memakan korban jiwa, kali ini warga sipil atau anak di bawah umur.
Korban anak itu masing-masing bernama Ronal Ronaldus Duwitau anak dari Felix Duwitau, anak tersebut lahir di Yokatapa pada (25/10/2010) merupakan korban meninggal dunia yang sedang berada bersama keluarga di sebuah rumah sebagai tempat bersembunyi lantaran rentetan senyuman di Yokatapa, pusat ibukota kabupaten Intan Jaya. Sementara salah satunya adalah Nepina Duwitau, perempuan kelahiran Yokatapa, (16/3/2018) mengalami luka serius di tangan kiri menyebabkan tiga jarinya hilang bahkan peluru tembus telapak.
Kerabat korban Ronal Ronaldus Duwitau yang enggan disebutkan namanya mengatakan, korban meninggal dunia adalah siswa kelas VI SD Ipres Yokatapa distrik Sugapa bersembunyi di dalam rumah duka karena keluarga mereka meninggal dunia belum lama ini. Mendengar bunyi tembakan senjata di bagian kantor Bank Papua maka semua orang di tempat duka itu masuk ke dalam rumah.
“Awalnya rumah yang ditinggal korban adalah rumah duka, karena dua minggu lalu bapa dari alm anak Ronaldo Duwitau ini meninggal karena sakit. Jadi di situ banyak masyarakat ramai. Dan hari Senin, (8/4/2024) sekitar 14:00 terjadi bunyi tembakan dari sekitar belakang kantor Bank Papua sehingga masyarakat yang ada semua masuk dalam rumah,” ujarnya dibalik selulernya sambil mengirim video memperlihatkan tempat kejadian penembakan.
Ia menjelaskan, kontak tembak berlangsung selama setengah jam. Selama kontak senjata, nampaknya ada ada dua peluru mengenai rumah duka tersebut sehingga tembus ke dalam rumah persis korban meninggal dunia, korban hidup dan warga lain sedang duduk.
“Pas mereka sedang di dalam rumah, aatu pelurunya mengenai pada bagian kepala Ronaldo Duwitau hingga meninggal dunia di tempat, darah hambur di dalam rumah,” ungkapnya.
Untuk Ronaldo, kata dia, pihaknya sudah makamkan hari ini, Selasa, (9/4/2024) di halamannya.Sementara peluru kedua, lanjut dia, mengenai anak Nepina Duwitau pada bagian telapak tangan kiri hingga kehilangan jari jempol kiri pada tangan kiri.Nepina Duwitau merupakan korban selamat, anak dari Pilipus Duwitau dia lahir di Yokatapa, (16/3/2018) hingga saat ini masih belum bersekolah.
“Anak Nepina sudah dikirim ke Nabire untuk menjalani perawatan medis,” ujarnya.
Dari video yang dikirim telah dipelajari jarak antara kantor Bank Papua dan rumah yang mengenai korban diperkirakan 200-an meter. Dalam video itu juga rumah tersebut dibangun menggunakan papan dan didalamnya pakai triplek.Menurut dia, saksi di tempat kejadian menceritakan bahwa sebelum kontak tembak tidak ada orang yang mencurigakan di sekitar rumah itu, namun karena bunyi tembakan yang berhamburan, mereka semua masuk dalam rumah tapi mereka kaget ketika melihat anak Ronaldo jatuh dalam rumahnya sendiri.
“Dan jika dilihat memang sudah jelas arah peluru dari pos Bank Papua.Ini kejadian kedua kalinya dari pos yang sama,” katanya.
Kejadian pertama pada hari Minggu, (21/1/2024) Yusak Sondegau tewas saat kontak tembak yang terjadi di Distrik Sugapa, Intan Jaya.
“Yang pertama, tembakan dari pos yang sama dilakukan terhadap Yusak Sondegau ditembak dari belakang pos Bank Papua,” ujarnya.
Siapa yang bertugas di pos samping Bank Papua?
Kantor Bank Papua cabang Sugapa ada di Yokatapa, pusat ibukota kabupaten Intan Jaya.
Di komplek kantor Bank Papua ada pos milik Satuan Brimob. Kehadiran mereka adalah guna membackup aparat keamanan guna menstabilkan rawan keamanan yang terjadi di Intan Jaya.
“Kami sangat trauma dengan keberadaan pos Brimob di Bank Papua ini. Harapan kami, seharusnya pos Brimob ini ditarik kembali ke asal mereka,” ujar Duwitau.
Respon Kapolres Intan Jaya, Humas Satgas Damai Cartens, Jubir TPN-PB OPM
Kapolres Intan Jaya AKBP Afrizal Asri, Selasa, (9/4/2024) sore membenarkan adanya kontak senjata antara aparat keamanan dalam hal ini Satuan Brimob yang berada di pos samping Bank Papua Sugapa.
“Dari kejadian tsb ada 2 orang anak kecil yang terkena tembakan,” ucapnya.
Kronologinya, kata dia, karena ada gangguan tembakan dari kelompok TPNPB ke arah pos Brimob Satgas Operasi Damai Cartenz di samping Bank BPD Papua dan dilakukan tembakan balasan oleh Brimob yang di pos BPD ke arah bunyi tembakan pada pukul 14.00 WP.
“Infonya dari kelompok Kodap VIII Intan Jaya pimpinan Undius Kogoya yang lakukan gangguan terhadap pos Brimob,” katanya.
Ketika ditanya apakah bisa dipastikan peluru milik siapa yang mengenai kedua anak tersebut sehingga satunya meninggal dunia di tempat dan yang satunya lagi dilakukan perawatan medis.
“Situasi kontak senjata tidak bisa kita pastikan, itu tembakan siapa yang kena ke anak-anak tersebut,” ucapnya.
Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz AKBP Bayu Suseno yang dikonfirmasi mengatakan, peristiwa tersebut bermula saat Satgas Gakkum Operasi Damai Cartenz menangkap satu orang atas nama Bui Wonda alias Bossman Wenda terkait senjata dan amunisi. Menurut dia, pada Senin siang sekitar pukul 14.00 WIT, kelompok yang diduga TPNPB wilayah Intan Jaya pimpinan Undius Kogoya melakukan upaya membebaskan BW dengan menyerang pos Bank Papua di Intan Jaya.
Suara rentetan tembakan oleh KKB kemudian terdengar dari arah belakang pos Bank Papua. Hal itu dibalas oleh anggota Satgas Operasi Damai Cartenz dari pos BPD dan pos tower ke arah suara tembakan sebanyak enam kali tembakan.
Akibat dari serangan KKB tersebut, pos BPD mengalami rusak berat, anggota Satgas dalam keadaan aman.
“Namun sekitar pukul 14.30 WP terdapat dua mayarakat yang tertembak, yakni kedua anak atas nama Nando Duwitau (12) dinyatakan meninggal dunia dan Nopina Duwitau (6). Satgas ODC segera mendatangi TKP dan mengevakuasi kedua korban ke Puskesmas Bilogai untuk diberikan pertolongan medis,” ujarnya.
Menurutnya, sampai saat ini belum diketahui dari arah mana tembakan yang mengakibatkan kedua anak itu terluka.
“Kami masih terus melakukan penyelidikan untuk mengetahui dari arah mana tembakan yang mengakibatkan kedua masyarakat tersebut tertembak” ujarnya.
Pihaknya akan terus melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan. Selain itu juga melanjutkan penyelidikan terhadap pihak-pihak yang diduga merupakan jaringan KKB yang kini tengah diamankan.
Sementara juru bicara TPNPB OPM Sebby Sambon mengatakan aksi baku tembak antara TPNPB Kodap VIII Intan Jaya dengan Brimob di Intan Jaya terjadi akibat masalah politik antara pemerintah Indonesia dan orang Papua yang tak pernah diselesaikan oleh kedua belah pihak.
“TPNPB menyampaikan kepada Pemerintah Indonesia untuk segera melakukan pembicaraan damai dengan seluruh rakyat Papua agar konflik bersenjata yang terjadi di tanah Papua antara kami dan Militer Indonesia bisa diselesaikan dan harus di mediasi oleh PBB,” ujarnya.
Jika Indonesia biarkan hal ini terus terjadi, lanjut dia, maka warga sipil yang akan terus menjadi korban selama konflik terjadi. Ini yang harus dipertimbangkan oleh negara indonesia untuk mengakhiri konflik di tanah Papua.
Keluarga korban desak Komnas HAM dan Pj Gubernur Papua Tengah
Atas peristiwa konflik bersenjata yang tak kunjung selesai sejak bulan Agustus 2019 silam telah banyak memakan korban jiwa, baik itu pihak TNI, Polri, Brimob, warga sipil yang terdiri dari berbagai golongan seperti balita, anak, remaja, tokoh agama, perempuan maupun kelompok TPNPB, maka pihak keluarga korban meninggal dunia, anak Ronal Ronaldus Duwitau mendesak kepada Komnas HAM, lembaga perlindungan anak, SKPKC Keuskupan Timika dan lembaga independen lainnya untuk melakukan penyelidikan terhadap korban tembak.
“Jika terbukti, kami minta pelakunya proses hukum sampai tuntas,” ujarnya.
Selain itu pihaknya juga mendesak Penjabat Gubernur Provinsi Papua Tengah, Dr. Ribka Haluk dan Penjabat Bupati Kabupaten Intan Jaya, Apolos Bagau untuk segera menarik Satgas Cartenz ditugaskan di pos samping Bank Papua Sugapa, dan seluruh pasukan non organik di Intan Jaya.
“Dengan tegas kami mengutuk tindakan oknum anggota dan oknum manapun yang menyebabkan ditembaknya anak Ronaldo Duwitau meninggal dunia seketika walaupun tidak bersalah dan anak Nepina Duwitau (hidup),” katanya tegas.
Dalam setiap kali kontak senjata, lanjut dia, masyarakat menjadi serba salah dari pihak dari TNI Polri maupun TPN-PB OPM.
“Jadinya korban nyawa anak-anak dan ibu di lokasi yang sama, korban yang sama dan pelaku yang sama. Hal ini perlu diperhatikan oleh Kapolres Intan Jaya dan Pj Bupati Intan Jaya untuk antisipasi korban selanjutnya,” ujarnya.
Pihaknya juga mendesak kepada Kapolres dan jajarannya perlu adanya perlindungan terhadap masyarakat sipil dan perlu pembinaan kambtimas karena setiap satuan yang masuk ke Intan Jaya memberikan tekanan dan traumatis kepada kalangan masyarakat.
“Maka perlu pengawasan bapak Kapolres Intan Jaya, perlu ada penegasan dari Penjabat Gubernur Papua Tengah dan Penjabat Bupati Intan Jaya,” katanya. (*)