Film Kesepakatan Rahasia Hancurkan Surga Papua Didiskusikan pada Hari Bumi 2023

Jayapura, (WAGADEI) – Memperingati hari bumi sedunia pada Sabtu, (22/4/2023), asrama mahasiswi Nabire didukung oleh Yayasan Pusaka Bentala Rakyat melakukan nonton bareng sebuah film dengan judul “Kesepakatan rahasia menghancurkan surga Papua”. https://youtu.be/OLJ7SP5fwLo

Film tersebut dilanjutkan dengan diskusi dengan tema “bumi kita hidup kita” ini digelar di asrama Nabire perumnas 1 Waena, Kota Jayapura, Papua pada Sabtu, (22/4/2023).

Emanuel Gobai, SH, MH, Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Papua juga sebagai salah satu penangkap film mengatakan, dirinya menilai di Papua banya tanah yang membuat sertifikat dan itu milik individu, dan itu mudah dijual ke orang baru.

“Berdasarkan pengalaman, banyak tanah yang dimiliki secara individu tidak milik marga dan kalau dijual beli tanah individu itu akan beralih tangan ke pembeli, parahnya lagi pembelinya bukan orang asli Papua (OAP) tapi orang luar Papua yang beli. Setelah itu mereka hanya tinggal balik nama sertifikat itu, artinya tanah bukan milik dia lagi,” ujar Gobai.

Ia juga menilai tanah berstatus sertifikat tidak bisa lindungi dan itu sulit, tapi kalau tanah berstatus sebagai tanah adat itu mudah untuk lindungi.

“Melindungi tanah berdasarkan sertifikat itu sangatlah sulit, lebih baik kita melindungi tanah dengan tanah adat atau tanah milik marga. Karena itu, melindungi kita untuk mempertahankan tanah,” katanya.

Tanah yang bukan milik masyarakat atau tanah berstatus sertifikat akan dinyatakan tanah lantar jika tidak bekerja selama enam tahun.

“Tanah yang bersertifikat milik kita tidak bekerja atau kelola selama enam tahun, tanah itu akan dinyatakan atau ditetapkan sebagai tanah terlantar,” katanya.

Lanjut dia, hal itu bisa terjadi kalau tanah adat tidak mungkin itu artinya negara mau kita orang Papua hidup tidak miliki tanah.

“Dan hidup di rumah rumah BTN yang kita sewa dengan bekerja di perusahaan itu artinya kita orang Papua di lantarkan,” katanya.

Sementara itu, ketua panitia Elisabeth Apyak mengatakan, pihaknya melakukan kegiatan ini guna memperingat hari bumi sedunia.

“Dalam kegiatan ini, selain kami nonton film yang berdurasi 15 menit, kami juga lanjut dengan diskusi,” katanya.

Dalam kegiatan ini diikuti puluhan orang mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Papua. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan