Tiom, (WAGADEI) – Para guru bersama siswa SD Inpres Beam dan siswa SMP Negeri Beam, Distrik Gelok Beam, Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan melakukan penanaman 100 bibit pohon di area sekolah.
Penanaman pohon itu dalam rangka memperingati hari bumi yang biasanya dirayakan di seluruh dunia pada tanggal 22 April setiap tahun sebagai bentuk dukungan bagi perlindungan terhadap lingkungan dalam hal ini “bumi”. Hari bumi diselenggarakan pertama kalinya lebih dari 43 tahun lalu, tepatnya pada 22 April 1970, di Amerika Serikat.
Ermanus Wenda, salah satu pembantu guru mengatakan, hal itu dilakukan secara inisiatif sekaligus mengajak pihak untuk menjaga bumi terutama siswa dan guru di Beam.
“Kepada generasi penerus harus belajar menanam pohon. Dalam rangka hari bumi sedunia 22 April 2023 ini kita harus punya kontribusi besar terhadap Bumi, karena kita hidup di bumi,” kata Ermanus Wenda usai menanan 100 bibit pohon di lingkungan sekolah dan sepanjang jalan, Sabtu, (22/4/23).
Wenda yang juga lulusan pendidikan Geografi di kampus Uncen Jayapura ini mengharapkan kepada masyarakat Lanny Jaya maupun seluruh Papua, jangan hanya tahu tebang pohon tanpa memikirkan dampak negatif yang bakal terjadi apabila tanah menjadi gundul.
“Harus juga menanam. Karena pohon ada itu sumber daya alam bagi kita, serta generasi kedepan. Dan banyak manfaat, seperti kayu bakar, bahan bangunan, dan juga pohon menghasilkan oksigen, menahan sumber air, serta menjaga kulit bumi dari berbagai bencana alam yang sering terjadi,” katanya.
Rekan guru lainnya di Beam, Ferry Richard Kendi mengatakan seluruh Lanny Jaya, sepanjang jalan maupun di lingkungan harus dilakukan penanaman kembali.
Hal itu, lanjut dia, demi mengatasi bencana alam yang sering terjadi di mana-mana.
“Terjadi bencana di mana-mana, longsor karena kita tau tebang tapi tidak tau tanam,” katanya.
Sementara itu, Akia Wenda salah satu pemuda Gelok Beam berharap kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat distrik Gelok beam, melalui kerja nyata memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pentingnya tanam pohon.
“Dulu tidak perna ada longsor sembarag, tapi sekarang longsor dimana mana karena itu ula masyarakat yang suka tebang pohon sembarang,” katanya.
Masyarakat kata dia, yang menanam juga sudah semakin sedikit sehingga dalam momen hari bumi sedunia seperti ini meberikan pemahaman agar dimengerti oleh masyarakat.
“Kegiatan ini sebenarnya harus dilibatkan semua pihak dan masyarakat tapi dilakukan hanya beberapa orang tua, murid, pemuda dan guru, semogga ini bermanfaat bagi daerah ini kedepan,” kata dia. (*)