Jayapura, (WAGADEI) – Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) meminta kepada PBB untuk menyelesaikan status politik antara negara Indonesia dengan West Papua melalui jalur dialog. Hal itu disampaikan pasca penahanan pilot Susi Air Philip Mehrtens Negara Negosiasi.
Namun hingga saat ini permintaan tersebut justru berubah menjadi perlawanan dengan menggunakan senjata oleh tentara nasional Indonesia (TNI). Bahkan ribuan pasukan TNI didatangkan ke Papua khususnya di wilayah Nduga dan beberapa kabupaten tetangga.
“Dengan peran, maka kami pastikan nyawa nyawa pilot Philip terancam,” kata Jubir TPN-PB OPM Sebby Sambon kepada wagadei.id, Senin, (17/4/2023).
Sebby Sambon menyampaikan pihaknya menerima serangan bom selayaknya seperti yang dilakukan pada tahun 1996. Pada saat itu, ia menceritakan, sandera tim taman Lorens yang disandera oleh TPN-PB dibawah pimpinan almarhum Gen Kelly Kwalik juga kini dilakukan di masa Egianus Kogoya, sang jenderal muda di tengah hutan yang sulit ditelusuri.
“Pada pukul 07:16 pagi, enam helikopter milik TNI menurunkan bom di masa pimpinan Egianus Kogoya. Di mana Indonesia juga pernah turunkan pada tahun 1996 di Yibalia. Pada saat itu dalam pengejaran yang telah dilakukan oleh militer Indonesia terhadap pimpinan dan pasukan TPN-PB yaitu tuan Silas Elimin Kogeya, tuan Yudas Daniel Kogeya dan tuan Daud Lokbere dan pasukan mereka. Pada saat itu sandera tim taman Lorens yang disandera oleh TPNPB dibawah pimpinan Kelly Kwalik,” kata Sebby.
Lebih lanjut ia mengatakan, hal yang sama dilakuan militer Indonesia sekarang di markas Kodap lll Ndugama Darakama. “Karena militer Indonesia memancing kami untuk perang,” ucapnya.
“Maka diinformasikan juga bahwa pilot pesawat susi air asal Selandia Baru yang kami TPNPB sandera selama ini, dapat terancam nyawanya jadi korban karena militer Indonesia sudah mulai melakukan serangan udara menggunakan helikopter,” katanya tegas.
Dilansir CNNIndonesia.com, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono telah meningkatkan operasi di Papua menjadi operasi siaga tempur darat untuk melawan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
“Tentunya dengan kondisi seperti ini, khususnya di daerah tertentu kita ubah jadi operasi siaga tempur. Di TNI, di Natuna sana ada operasi siaga tempur laut, nah kalau di sini ada operasi siaga tempur darat, artinya ditingkatkan,” kata Yudo di Lanud Yohanis Kapiyau, Timika, Papua, dalam rekaman suara yang diterima, Selasa (18/4).
Yudo mengatakan operasi ditingkatkan usai KKB melakukan penyerangan terhadap personel TNI pada 15 April. Ia menuturkan peningkatan status operasi ini bertujuan agar naluri tempur prajurit TNI terbangun.
“Tadinya soft approach, dengan hadapi serangan yang seperti ini pada 15 April lalu kita tingkatkan siaga tempur pasukan kita, sehingga naluri tempur terbangun,” kata dia.
Meski demikian, ia memastikan operasi teritorial dan penegakan hukum juga tetap dilakukan TNI-Polri. Ia mengatakan operasi teritorial kerap dilakukan personel TNI-Polri dalam menjaga keamanan di Papua selama ini.
“Selama ini kita masih teritorial, komunikasi sosial tetap kita lakukan, tapi ketika hadapi seperti ini lakukan siaga tempur,” ucap dia. (*)