Sudah 67 persen Dinkes Paniai tingkatkan cakupan imunisasi MR

Paniyai, (WAGADEI) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Paniai terus meningkatkan cakupan imunisasi Measles Rubella (MR) melalui rekomendasi pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) sebagai salah satu upaya pencegahan penularan penyakit campak. Measles Rubella (MR) yaitu vaksin untuk mencegah penyakit campak dan rubella, yang mana mulai 2017 masuk menjadi program imunisasi nasional.

Plh Kepala Dinkes Paniai, dr. Laswan Siallagan mengatakan, pihaknya melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit campak secara rutin dan konsisten.

Salah satu bukti kongkret, menurut dia, adalah pihaknya telah menurunkan tim medis berkolaborasi dengan petugas Puskesmas di seluruh kabupaten Paniai selama tiga Minggu terakhir.

“Dari 30 Puskesmas di Paniai yang kami melakukan outbreak response imunzation (ORI) di Kabupaten Paniai masing-masing wilayah kerja, saat ini kami sudah imunisasi sebanyak 10.622 anak berusia 9 bulan sampai 59 bulan ke bawah. Kecuali enam Puskesmas, karena jangkauan wilayah yang cukup jauh,” kata Plh Kepala Dinkes Paniai, dr. Laswan Siallagan kepada wagadei.id di ruang kerjanya, Senin, (6/3/2023).

Dari jumlah itu, kata dokter Laswan, sebenarnya 15.121 anak sesuai data yang diperoleh dari tim.

“Kami totalkan ada sekitar 67 persen. Maunya kita 100 persen tapi PR (pekerjaan rumah) di kami (dinas kesehatan) masih 33 persen. Sehingga kedepan masih sekitar 5000 anak yang kami kerjakan lagi,” ucapnya.

Dari 30 puskesmas, lanjut dia, 6 puskesmas yang belum melaporkan yakni Puskesmas Youtadi, Nawipauwo, Baya Biru, Yagai, Siriwo dan Duma-Dama.

“Terkait ini, kami butuh dukungan dari pemerintah daerah soal transportasi sambil kami ikuti perkembangan. Kalau Bogobaida walaupun cukup jauh jangkauanya sudah laksanakan dengan cepat, malah cakupan imunisasi campak cukup tinggi 87,3 persen dari 240 anak yang ditargetkan mereka sudah dapat 215 anak. Luar biasa dan terimakasih banyak kepala puskesmas Bogobaida,” katanya.

Selain memberikan imunisasi campak, ia mengaku, pihaknya juga melakukan pemberian vitamin A dan memberikan makanan tambahan untuk mengantisipasi kekurangan gizi kurang maupun gizi buruk pada anak-anak.

“Karena anak akan terjadi komplikasi apabila gizi buruk. Jadi kami terus kerja keras supaya cakupan imunisasi campak semua anak dari 9 bulan sampai 59 bulan bisa mendapatkan imunisasi campak ini,” ujarnya.

Pihaknya bakal memeriksa setiap anak dari rumah ke rumah guna memutuskan mata rantai kematian terhadap generasi muda. “Yang masih kurang akan kami melakukan rumah ke rumah,” ujarnya.

“Cakupan imunisasi campak dilakukan selama tiga Minggu terakhir ini,” kata dia.

Ia menyampaikan berterimakasih kepada rekan-rekannya di Puskesmas karena bisa terlaksana dengan baik karena kerja tim. “Tentu kami sendiri tidak bisa. Ini bukti gerak cepat dari dinas kesehatan dan puskesmas-puskesmas,” ujarnya.

Ditambahkan dokter Laswan, dengan kejadian ini menjadi sebuah pelajaran bahwa semua pihak terutama para orangtua melakukan imunisasi kepada anak merupakan sebuah kewajiban.

“Jangan karena KLB berbondong-bondong melakukan imunisasi, setelahnya tidak. Jangan begitu. Ada atau tidak KLB, imunisasi harus rutin, promosi kesehatan harus jalan, pemberian vitamin A dua kali setahun, pemberian makanan tambahan, supaya hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi lagi,” ungkapnya.

Kordinator penanganan kasus campak Kabupaten Paniai, Yohanes Kayame mengatakan, banyak masyarakat diamkan diri sehingga pihaknya melakukan pencarian terhadap anak di masing-masing layanan kesehatan.

“Itu yang bisa kami lakukan secara cepat. Sehingga lalu kami sarankan kepada tim bahwa jika ada komplikasi ringan sudah bisa ditangani oleh masing-masing puskesmas saat pemberian imunisasi campak, tapi kalau komplikasi berat bisa dirujuk ke rumah sakit Paniai di Madi. Tapi syukur semuanya aman-aman,” kata Kayame.

Sekalipun dirujuk ke RSUD, namun pihak dinas kesehatan akan menurunkan tim lagi untuk mengetahui di lapangan terutama rumah ke rumah. “Sambil kami butuh dukungan dari Pemda untuk menekan kasus suspek campak,” kata dia.

Ia menegaskan, sekalipun di Paniai menekan kasus suspek campak tapi beberapa kabupaten tetangga tidak lakukan ini menjadi satu kendala bagi semua pihak.

“Itu agar tidak menular ke wilayah Meepago,” ucapnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *