Nabire, WAGADEI – Titus Pekei anak asli Meepago, Provinsi Papua Tengah, menghibahkan buku berjudul “Filosofi Noken” kepada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) di Jakarta.
Penyerahan buku “Filosofi Noken” dilakukan Titus Pekei pada Selasa (29/4/2025).
Titus Pekei adalah penggagas noken tahun 2008. Pengganas Noken 2008 sesuai Konvensi 2003 tentang perlindungan warisan budaya takbenda, hingga noken masuk warisan dunia takbenda UNESCO. Pekei meneliti noken sejak 5 Februari 2011, penyusun draf nominasi tahun 2011, dan menulis beberapa buku tentang noken.
Buku berjudul “Filosofi Noken” diterbitkan pada Maret 2025 oleh Penerbit LEI (Lingkar Edukasi Indonesia) kerja sama YNP (Yayasan Noken Papua). Buku tersebut setebal 71 halaman.
Pekei mengatakan, dirinya menghibahkan buku ke Perpusnas RI beralasan. Anak asli Meepago ini memberikan buku “Filosofi Noken” karena pentingnya literasi kearifan lokal Papua di Perpusnas RI.
“Saya lihat belum ada (buku tentang Papua di Perpusnas RI), maka dari beberapa buku noken Papua yang sudah ada. Buku ‘Filosofi Noken’ dalam keragaman warisan budaya Nusantara di Indonesia,” kata Pekei melalui pesan WhatsApp kepada redaksi Wagadei di Nabire, Papua Tengah, Selasa malam (29/4/2025).
Pekei mengatakan, filosofi noken sebagai warisan budaya dunia di Indonesia dan kedepannya pun tumpuan ilmu yang menghidupkan atau membangkitkannya.
Noken, lanjutnya, secara filosofi dikenalkan noken kehidupan, bersama nenek moyang leluhur orang asli Papua (OAP).
Penyerahan buku “Filosofi Noken” warisan budaya dunia UNESCO khas Papua ini, diterima Muhammad Idris Marbawi, Ketua Kelompok Kerja Pengembangan Koleksi Perpusnas RI, di Salemba Raya, Jakarta Pusat, Selasa (28/4/2025).
Pekei bercerita bahwa Muhammad Idris menjelaskan tentang koleksi buku Perpusnas RI, buku-buku Nusantara, dan lain-lain.
Dengan demikian, buku “Filosofi Noken” karya Titus Pekei menjadi koleksi Perpusnas RI.
Selain untuk koleksi Perpusnas RI, buku “Filosofi Noken” dimaksudkan untuk melestarikan, mengembangkan, dan mempromosikan noken sebagai warisan budaya takbenda dari Papua.
Hibah buku ini merupakan bagian dari perjuangan panjangnya untuk mendapatkan pengakuan internasional terhadap noken, yang akhirnya terwujud dengan ditetapkannya noken sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada tahun 2012.
Beberapa alasan secara implisit Titus Pekei menghibahkan buku tentang noken:
Pertama, buku tersebut berfungsi sebagai sumber informasi dan pengetahuan yang mendalam tentang noken. Ini mencakup sejarah, makna filosofis, teknik pembuatan, bahan baku, serta peran sosial dan budaya noken dalam masyarakat Papua.
“Dengan adanya buku, generasi muda Papua dan masyarakat luas dapat belajar dan memahami kekayaan budaya ini,” katanya.
Kedua, lanjutnya, melalui buku, ilmu dan keterampilan membuat noken dapat didokumentasikan dan diwariskan kepada generasi mendatang. Hal ini penting untuk mencegah hilangnya pengetahuan tradisional akibat modernisasi dan perubahan zaman.
Ketiga, hibah buku juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap noken di tingkat nasional dan internasional.
Dengan semakin banyak orang yang mengetahui dan memahami nilai noken, Pekei berharap agar tumbuh rasa hormat dan keinginan untuk melestarikan noken.
Keempat, buku “Filosofi Noken” juga dapat menjadi alat pemberdayaan bagi para perajin noken.
Dengan adanya dokumentasi yang baik, perajin noken lebih percaya diri dalam mengembangkan produk noken dan memasarkannya secara lebih luas.
Kelima, Titus Pekei memiliki harapan agar noken dapat menjadi bagian dari muatan lokal, dalam kurikulum pendidikan di Papua.
“Buku ini dapat menjadi salah satu sumber materi pembelajaran yang penting untuk mencapai tujuan tersebut,” kata Pekei.
Dengan demikian, hibah buku noken oleh Titus Pekei, bukan hanya sekadar memberikan informasi, melainkan juga upaya strategis untuk memastikan kelangsungan hidup noken sebagai ilmu seni warisan budaya takbenda yang berharga.
Ini adalah bentuk nyata dari dedikasi dan kecintaan Titus Titus Pekei terhadap budaya Papua. (*)