Nabire, WAGADEI – Belakangan ini minuman keras (miras) menjadi pemicu munculnya sejumlah masalah di kabupaten Dogiyai, salah satunya pemalangan jalan oleh sejumlah oknum pemuda mulai dari Odee Dimi, distrik Kamuu Utara hingga kampung Ugaapuga, distrik Kamuu Timur atau perbatasan dengan kabupaten Deiyai.
Karena itu solidaritas rakyat Dogiyai telah menggelar aksi demontrasi di Moanemani pada hari Senin, (13/1/2025).
Kejadian ini kerap kali terjadi di tengah jalan raya sehingga menyebabkan persoalan antara pengguna jalan seperti sopir mobil lintas antar kabupaten dari Nabire, Dogiyai, Deiyai dan Paniai, bahkan sopir kaum migran biasanya diantar oleh aparat kepolisian dari Moanemani hingga batas Dogiyai dan Deiyai. Sementara sopir asli Papua selalu korban pemalangan yang dilakukan oleh para pemuda asli Dogiyai yang dipengaruhi oleh miras bahkan ada yang berpura-pura mabuk hanya untuk meminta uang mulai dari Rp 2 juta ke bawa, jika tidak dibayar maka mobil jadi sasaran atau tikam sopir.
Selain pemalangan jalan raya, juga para pemuda yang dipengaruhi miras ini melakukan pencurian di kantor pemerintahan maupun RSUD dan Puskesmas di Dogiyai. Bahkan sering ditembaki pakai peluru tajam oleh orang tak dikenal.
Hal ini tentu membuat ketidaknyamanan bagi masyarakat luas, sehingga beberapa kali melakukan pertemuan besar-besaran di distrik Kamuu Utara namun tidak pernah membuahkan hasil. Satu-satunya mencari solusi untuk meredam situasi ini adalah melakukan demonstrasi kepada eksekutif, legislatif dan aparat keamanan untuk menutup penjualan minuman keras.
Hal itu diinisiasi oleh tokoh pemuda Dogiyai Goo Benny. Menurut dia, semua persoalan itu berawal dari miras, maka pihaknya memutuskan melakukan demonstrasi besar-besaran guna mendorong peraturan daerah (Perda) dan peraturan kampung (Perkam) tentang larangan produksi, distribusi dan Konsumsi MIRAS Beralkohol dan oplosan.
“Dari situ kita mau uji pemuda-pemuda yang biasa miras itu, apakah nanti lanjut atau tidak. Sebab penjual miras jbj misterius yang sampai detik ini kami masih belum tahu siapa yang jual,” ujar Goo Benny.
Dalam aksi itu pihaknya menyampaikan tiga isu penting demi keselamatan masyarakat Papua Tengah, yang pertama adalah penolakan penjualan minuman keras, penolakan transmigrasi dan tolak program strategi nasional (PSN) di kabupaten Dogiyai
Pelajar juga ikut terlibat
Dalam aksi ini juga solidaritas pelajar West Papua (SPWP) juga ikut terlibat dalam aksi tersebut.
SPWP ini berasal dari Nabire, Dogiyai, Paniai dan Deiyai ikut berkolaborasi menyuarakan aksi ini dan mengambil salah satu titik aksi tepatnya di Tokapo depan SMKN 1 Kabupaten Dogiyai.
Kordinator SPWP Ocep You mengatakan bahwa ada banyak dampak negatif dari miras kepada generasi muda sehingga pemerintah kabupaten Dogiyai harus punya niat baik untuk membasmikan.
“Miras membunuh akal sehat (moral) generasi Papua kedepan untuk berpikir kritis,” katanya.
Menurut dia, miras dan transmigrasi merupakan musuh pihaknya sebab bakal hancurkan persatuan orang Papua.
Pihaknya menyerukan segera cabut izin tiga perusahaan besar yang akan beroperasi di Dogiyai. Pemerintah juga segera buat Perda tentang pelarangan miras di Dogiyai.
“Kami butuh buku dan guru, bukan eksavator dan senjata,” ujarnya. (*)