Nabire, WAGADEI – Nama Karang Tumaritis Nabire sudah terpopuler sejak tahun 1970-an, ia terkenal karena daerah itu ‘merah’. Namun kebanyakan dari wilayah ini yang berpendidikan tinggi selalu berhasil bahkan yang putus sekolah pun memiliki kemampuan tertentu.
Namun hingga memasuki 55 tahun lebih sejak kabupaten Paniai lama ini berdiri tak pernah ada anak-anak asli Karang Tumaritis menjadi pemimpin daerah, baru pertama Amandus Pigai menjabat anggota DPRD kabupaten Nabire periode 2019-2024, selebihnya hanya seringkat eselon tiga di pemerintahan.
Untuk menghapus Karang Tumaritis sebagai daerah merah itu, seluruh masyarakat Kelurahan Karang Tumaritis yang memiliki 28 RT ini telah berdaulat penuh untuk memenangkan putra terbaik Nabire yang lahir dan besar di Karang Tumaritis bernama Meki Nawipa.
Kedaulatan masyarakat itu disepakati dalam acara Deklarasi Anak Karang Tumaritis Siap Jadi Gubernur Provinsi Papua Tengah yang diselenggarakan di Karang Barat, Selasa, (12/11/2024) yang dihadiri calon gubernur Papua Tengah Meki Nawipa dan calon wakil gubernur Papua Tengah Deinas Geley, perwakilan koalisi partai politik pendukung, tim relawan, tim Bhinneka Tunggal Ika for MeGe dan ribuan masyarakat yang berdomisili di Karang Tumaritis.
“Kami ini tidak pernah jadi orang besar, baru kemarin hanya saya saja yang terpilih sebagai anggota DPRD Nabire dan ini baru pertama kali sepanjang sejarah Nabire jadi kabupaten tidak pernah ada anak-anak Karang Tumaritis jadi orang besar,” ujar Amandus Pigai, kordinator relawan MeGe di Karang Tumaritis dijemput tepukan tangan yang meriah.
Amandus bilang, apakah anak-anak Karang Tumaritis tercipta hanya sebagai ‘aibon’ saja?. Masyarakat teriak, tidak, tidak, tidak!
“Kami anak-anak Karang Tumaritis, asli Nabire siap mau jadi Gubernur pertama di provinsi Papua Tengah, yaitu kaka kompleks Meki Nawipa,” kata Pigai sambil masyarakat bersorak-sorai.
Ia menegaskan, jangan ada tim sukses dari pasangan calon gubernur lain datang mengemis suara di Karang Tumaritis. “Ini kandangnya Meki Nawipa, dia anak lahir dan besar di Karang Tumaritis,” ucapnya.
“6.000 suara yang ada di kelurahan Karang Tumaritis kami ikat mati untuk Meki dan Deinas,” ujarnya.
Calon wakil gubernur Papua Tengah, Deinas Geley yang turut hadir mengatakan, jika tempat lahirnya Meki saja sudah ikat berarti alam setuju sehingga di mana-mana suara akan ikat mati untuk pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Papua Tengah nomor urut 3.
“Karena Karang Tumaritis ini tempat lahirnya pak gubernur Meki, maka tempat lain juga akan ikat mati.
Nanti pada tanggal 27 November 2024, saat coblos itu mereka sudah komitmen ikat suara ke kami Meki dan Deinas,” ujar Deinas Geley.
Di hadapan pendukungnya, Meki Nawipa mengatakan, ia akan tetap berpedoman pada UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus agar OAP bisa menjadi tuan di negerinya sendiri.
“UU Otonomi Khusus ini sangat menjamin kita, saya akan pastikan hak untuk orang asli Papua tidak boleh diambil oleh orang lain,” katanya.
Nawipa yang lahir di Karang Barat Nabire tanggal 7 Mei 1978, pukul 16.00 ini berjanji akan merubah Karang Tumaritis dari julukan wilayah rawan ini menjadi pusat kota.
“Pasar Karang kita akan ubah menjadi pusat perdagangan bagi mama-mama Papua biar bisa mencari nafkah hidup bagi keluarga. Selain itu Karang Tumaritis harus punya air bersih di masing-masing rumah, jalan harus diaspal dengan baik, rumah harus layak huni,” katanya sambil mengenang para sahabatnya di kala itu.
Menurut Nawipa, Papua Tengah merupakan provinsi baru. Masyarakat tidak boleh disuap demi kepentingan oknum tertentu. “Sudah cukup, sekarang kita anak-anak Nabire sendiri siap pimpin provinsi baru ini,” ucapnya.
Ia optimis delapan kabupaten akan menang mutlak untuk Papua Tengah Terang. (*)