Paniyai, WAGADEI – Mencintai budaya sebagai rumah kita berarti menghargai dan melestarikan kekayaan budaya Paniai dari suku Mee, Moni, Wolani dan Auye sebagai identitas bangsa.
Hal itu dikatakan Penjabat (Pj) Bupati Paniai, Dr. Martha Pigome pada hari Selasa, (29/10/2024) dalam sambutannya pada perayaan ulang tahun Pemerintahan Kabupaten Paniai ke 28.
“Pada kesempatan ini dengan sama-sama kita memperingati ulang tahun pemerintahan kabupaten Paniai ke 28 tahun ini, kita harus mencintai rumah budaya kita kabupaten Paniai. Mencintai budaya kami, kita wajib mengangkat nilai-nilai budaya, adat istiadat, yang sudah dijaga, dipelihara dan dilestarikan yang hidup secara turun-temurun di kalangan masyarakat adat yang kami cintai,” ungkap Pj Bupati Paniai, Dr. Martha Pigome di depan ribuan masyarakat Paniai.
Harmoni bukanlah sekadar konsep, tetapi sebuah panggilan mendalam untuk keselarasan yang menyeluruh dalam semua aspek kehidupan. Dalam konteks pembangunan, harmoni memperlihatkan perlunya menjaga keseimbangan antara kemajuan fisik, keberlanjutan lingkungan, serta kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Wissel Meren, lanjut Pigome, merupakan suatu daerah yang letak geografisnya sangat cantik dan menarik yang berada di atas permukaan laut 1.700 kaki. Ada danau yang sangat cantik, didiami oleh suku Kapauku selanjutnya ahli Antropologi sekarang didiami oleh suku Mee.
Sehingga pada tahun 1965 pemerintah membentuk Pemerintahan Administratif Paniai yang ibukotanya di Enarotali. Dengan pertimbangan strategis, jangkauan lokasi maka tahun 1966 ibukota Enarotali dipindahkan ke Nabire.
Dengan dikeluarkannya undang-undang nomor 12 tahun 1946 dan peraturan pemerintah nomor 52 1996 menjadi dasar hukum untuk selanjutnya kabupaten Puncak Jaya beribukota di Mulia, kabupaten Paniai beribukota di Enarotali dan kabupaten Nabire beribukota di Nabire.
“Secara administrasi pemerintahan, kabupaten Paniai sudah berdiri sejak tahun 1996. Kita telah melihat pembangunan di kabupaten Paniai dari masa ke masa oleh bapak-bapak pembangunan terdahulu dan perkembangan sangat pesat. Pembangunan yang dilakukan merupakan dalam rangka peningkatan pelayanan terhadap masyarakat kabupaten Paniai tercinta ini di segala bidang kehidupan,” kata Pigome.
Oleh karena itu, menurut dia, di dalam pengembangannya pemerintah hadir untuk melihat secara langsung untuk mengangkat nilai-nilai budaya adat istiadat lokal Paniai.
Festival budaya danau Paniai yang telah dilaksanakan, ia akui telah berhasil dan sukses.
“Saya memberikan apresiasi kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Paniai. Kemarin kami sudah launching festival dan akan dilaksanakan secara bertahap pada setiap tahun,” katanya.
Pelaksanaan festival, lanjut dia, mengacu pada UU Nomor 9 Tahun 2010 tentang Kepariwisataan dan kami pemerintah kabupaten Paniai sudah akomodir dalam Peraturan Bupati Nomor 41 Tahun 2024.
Mencintai budaya Paniai dapat mempererat persatuan dan kesatuan bangsa yang unik juga dapat menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara ketika pagelaran festival kembali digelar lagi.
Ada kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya dengan kaum milenial yang ber-KTP kabupaten Paniai, mereka berhasil membuat aplikasi game online lokal.
“Kemampuan intelektual kaum milenial di Paniai sudah teruji yang luar biasa, mereka berhasil membuat dua aplikasi game online lokal yang akan digunakan oleh masyarakat kabupaten Paniai,” ujarnya.
Ada begitu banyak cara untuk menjaga budaya dan adat istiadat Paniai agar tetap lestari dan dikenal oleh generasi selanjutnya. Namun yang terpenting adalah para generasi muda harus punya rasa cinta terhadap masing-masing budaya entah suku Mee, Moni, Wolani dan Auye.
“Dengan adanya rasa cinta, maka akan timbul sikap untuk menjaga kebudayaan tersebut,” ujarnya.
Globalisasi adalah tantangan terbesar yang dihadapi oleh generasi penerus bangsa saat ini dalam hal melestarikan budaya lokal. Oleh sebab itu, ia mengajak semua komponen sama-sama menjaga kebudayaan itu sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kita terhadap leluhur. (*)