Mapia, WAGADEI – Di Aula St. Donbosco Bomomani Mapia Dogiyai, Papua Tengah bergema dengan semangat dan harapan pada Sabtu, 23 Agustus 2024. Di sana, Pater Fransiskus Soni Pr, Pastorr Paroki Sta. Maria Menerima Kabar Gembira Bomomani, Mapia, mengajak para guru dalam rekoleksi untuk merenungkan peran mereka sebagai penjaga harapan di tengah perubahan zaman.
Pater Soni, dengan penuh semangat, mengawali pemaparannya dengan mengutip teori evolusi Darwin, “Manusia berevolusi dari telur, menetas menjadi kera, hingga mencapai kesempurnaan sebagai manusia,” ujarnya. “Ini berarti ada proses perubahan dari yang sederhana menuju ke realitas yang semakin kompleks.”
Ia kemudian mengajak para guru untuk mencermati perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seperti siswa yang berkembang dari ketidaktahuan menjadi berpengetahuan melalui proses pendidikan, siang menjadi sore, malam menjadi pagi, dan manusia yang tumbuh dari kecil hingga tua. Pater Soni mengajak para peserta untuk mampu mengindetifikasikan perubahan nilai-nilai budaya, cara pandang, dan mental yang bergerak maju ke tahapan realitas yang tak pasti, serta berusaha mencegahnya secara bersama-sama melalui pelayanan kemanusiaan.
“Kita hidup di zaman yang penuh perubahan. Perubahan ini tidak selalu mudah, dan seringkali membawa ketidakpastian. Namun, di tengah perubahan ini, guru memiliki peran penting sebagai penjaga harapan bagi anak-anak didik, Gereja, dan masyarakat,” ujarnya.
Pater Soni kemudian mengambil inspirasi dari Kitab Yehezkiel 33, khususnya tentang tugas Nabi Yehezkiel sebagai penjaga Israel. Ia menekankan bahwa guru memiliki tanggung jawab untuk menjadi “penjaga” bagi anak didik mereka, membimbing mereka agar tetap teguh dalam menghadapi perubahan dan tantangan hidup.
“Sebagai guru yang baik, dia harus membuat para siswa memiliki harapan yang teguh dalam setiap perubahan. Guru wajib memberikan motivasi dan inspirasi bagi mereka agar tetap memiliki harapan dari hari ke hari dan bisa terwujud cita-citanya. Jika mau menjadi yang terbaik, kita wajib berjuang keras, harus ada skala prioritas pencapaian dengan target-targetnya, berdoa dan bersyukur kepada Tuhan,” ungkapnya.
Pater Soni juga menjelaskan empat kebutuhan penting dalam pendidikan: mempersiapkan bahan ajar secara matang, menguasai materinya secara ringkas, memiliki cinta kasih yang tulus dalam pelayanan, memberikan bahan secara menarik untuk memastikan konsentrasi siswa dan memberikan materi yang bermanfaat serta menjawab kebutuhan para peserta didik dan setia mengevaluasi atau menilai setiap diri guru dan pelayanan nya di sekolah agar tetap terus ada perubahan yang positif bagi kebaikan bersama di sekolah dan lingkungan masyarakat.
Pater Soni menekankan pentingnya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara menarik dalam pendidikan. “Pendidikan harus membebaskan siswa dari ketidaktahuan dan membantu mereka untuk mencapai potensi penuh mereka,” ujar Pater Soni.
“Guru harus menjadi fasilitator dan mentor yang membantu siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan bertanggung jawab,” katanya.
Ia menekankan pentingnya peran guru dalam membangun masyarakat yang lebih adil, menghormati keluhuran martabat manusia dan berpengharapan. “Guru harus menjadi agen perubahan yang membantu siswa untuk memahami realitas sosial, kebutuhan-kebutuhan mereka dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik,” kata Pater Soni.
“Semua ini dapat terlaksana hanya jika kita belajar dari Guru Agung Tuhan kita Yesus Kristus,” ucap.
“Sebab menurut kepercayaan Pater, Guru adalah penjaga surga, menjadi utusan Tuhan yang siap mengusahakan Hidup Yang berkecukupan, yang setia memaknai panggilan Hidup yang sempurna, yang rela memberi dan membagi apa saja bagi mereka yang lemah dan tak punya harapan hidup. Hanya melalui jalan dan berguru pada Tuhan inilah, kita bisa bangun sekolah berpengharapan dan langsung masuk kepada hidup yang kekal (Matius 19:16, 21).”
Kekhawatiran untuk penerasi Papua
Pater Robertus Guntur, Pr, yang sejak lama setia membantu Pater Paroki Bomomani, mengungkapkan kekhawatirannya tentang masa depan generasi Papua.
“Kita seharusnya khawatirkan perkembangan generasi anak bangsa selama mereka tidak mau hidup sesuai tatanan budaya masyarakat dan Gereja, merasa apatis untuk hidup dan berkarya dalam nilai-nilai Kehidupan Budaya dan Kristiani,” kata Pater Guntur.
Menurut dia, jangan menjadi guru yang menghambat cinta-cita para murid. Anak yang putus sekolah atau tidak sekolah akan menjadi malapetaka dalam kehidupan keluarga dan masyarakat di Papua ini.
“Tugas mulia menjadi pengajar atau pendidik karena kalian yang dapat mengubah generasi masyarakat di tempat ini”. Begitulah Pater merefleksikan kembali pesan moral Mgr.John Philipus Saklil Pr untuk terus dihayati bersama dalam pembangunan manusia dan masyarakat di masa sekarang dan ke depan.
Komitmen untuk Pendidikan Mapia
Ketua Seksi Pendidikan Ibu Fransiska Tagi dalam sambutannya mengatakan, rekoleksi ini dapat dimaksudkan untuk utk memahami tugas guru Katolik dalam dunia perubahan yg tak pasti. Tugas ini tidak terlepas dari tugas-tugas di sekolah dan kependidikan.
“Maka kita semua dipanggil untuk berbuat segala sesuatu yang berguna dan positif bagi pengembangan kualitas pendidikan dan masyarakat,” ujarnya.
Tagi yang juga selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mapia ini berkomitmen agar akan melibatkan semakin banyak pihak untuk berdiskusi dan berefleksi tentang pendidikan Mapia dalam perubahan dan tantangan zaman modern ini.
“Kegiatan rekoleksi yg melibatkan 50-an guru katolik, tim peduli pendidikan Mapia dan mama Bomomani ini diwarnai dengan sesi diskusi dan perjamuan sosial secara tertib, kasih sayang dan tenang,” ujarnya.
Rekoleksi ini menjadi momen penting bagi para guru di Mapia untuk merenungkan kembali peran dan tanggung jawab mereka dalam membangun generasi penerus yang penuh harapan.
Semoga semangat dan inspirasi yang diberikan Pater Soni Pr dan Pater Guntur Pr dapat menjadi pendorong bagi para guru untuk terus memberikan yang terbaik bagi anak didik mereka dan masyarakat di sekitarnya. (*).
Your blog is a breath of fresh air in the often mundane world of online content. Your unique perspective and engaging writing style never fail to leave a lasting impression. Thank you for sharing your insights with us.