Hari kedua ramai dikunjungi ratusan orang, festival film Papua diisi dengan workshop

Jayapura, WAGADEI – Pelaksanaan festival film Papua kini sudah hari kedua. Menurut ketua panitia pelaksana, Irene Fatagur para pengunjung yang sekaligus hendak nonton film-film dokumenter Papua itu telah mencapai ratusan orang sama seperti pada hari pertama saat pembukaan.

Ia mengaku antusias pengunjung justru menyemangati pihaknya dalam memamerkan hasil karya anak Papua bidang audio-visual.

“Kami tetap merasa senang dan sangat mengapresiasi kepada para penonton yang telah hadir di ruang nonton. Kami berharap pada acara penutupan nanti, para penonton bisa lebih banyak lagi untuk harir di ruang nonton,” ujar Irene kepada wagadei.id, Rabu, (8/8/2023).

Menurut Fatagur, pada hari kedua pihaknya menggelar dua acara seperti pada pagi hari dilakukan sesi workshop dan pada sore hari acara nonton dan diskusi film.

“Dari sesi Workshop, kami lebih fokuskan pesertanya adalah perwakilan Papuan Voices dari wilayah-wilayah yang hadir seperti Jayapura, Keerom, Timika, Sorong, Wamena, dan ada empat wilayah baru yang menjadi wilayah bakal calon Papuan Voices, yaitu Supiori, Fak-Fak,asmat, dan Nabire-Paniai,” katanya.

Sementara Straky Yali selaku koordinator bidang workshop mengatakan, workshop yang dilaksanakan yakni media dan dokumenter yang berlangsung pada pukul 09:00 sampai 13:00 WP dengan pemateri Kartika Pratiwi yang kesehariannya sebagai aktivis media dan pembuat film, yang bersangkutan, menurut dia, saat ini bekerja di WITNESS sebagai koordinator program dan komunikasi.

“Jadi dalam materi ini, lebih kepada bagaimana peserta wokshop mampu menggunakan camera, baik camara DSLR, miroles dan handphone untuk mampu merekam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di sekitar kita,” ujar Yali.

Sesi kedua, lanjut dia, tak beda jauh tentang menggerakan ekosistem dokumenter di bagi diisi oleh narasumber yang sama yakni Kartika Pratiwi dengan teknik sederhana membuat audio visual.

“Materi ini juga disampaikan secara online atau melalui zoom dengan pemateri dari komunitas film dokumenter Purbalingga, yaitu Nanki Nirmanto, dia adalah produser film CLC Purbalingga. Nah, dalam workshop ini, lebih khususnya yang menerima materinya adalah perwakilan Papuan Voices dari wilayah-wilayah,” katanya.

Menurut dia, workshop tidak terlepas dari kerja-kerja film dokumenter di tanah Papua selama ini. “Beberap poin yang dibahas dalam materi tentunya ada lima point yang menjadi catatan penting. Menurut Nanki Nirmanto, yakni pendidikan film dokumenter, pelatihan produksi film dokumenter, nonton dan diskusi.

“Produksi diantaranya penentuan ide, riset sekunder dan primer. Penulisan skrip atau tata kamera, tata suara, tata cahaya dan tata gambar, distribusi film itu bisa tingkatkan dari lokal, nasional, bahkan internasional,” ujarnya.

Sementara untuk pengarsipan seperti hardcopy, platform digital (youtube, viddsee, bioskop online, video, dan lainnya).

Bidang pemutaran yang dikordinir oleh Fransiska Manam dilaksanakan pada pukul 17:00-19:00 WP tentang pemutaran dan diskusi sesi perempuan dan anak terdapat lima film.

“Dari jam 19:00 sampai 21:00 WP, kami putar dan diskusi tentang pendidikan dan kesehatan, dan di sesi kedua terdapat lima film,” katanya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan