Selamatkan umat dari krisis kemanusiaan, Baptis Papua gelar ibadah Dies Natalis ke-8

Jayapura, (WAGADEI) – Untuk selamatkan umat Tuhan dari krisis kemanusiaan di Tanah Papua, Civitas Akademik Seminari Gereja Baptis West Papua Norman Sheila Draper Papua gelar ibadah syukur perayaan Dies Natalia yang ke-8 di aula Garetuan Parmenas Kogoya, Ita Waku Purom, Heram, Kota Jayapura.

Ibadah dilakukan awal bulan lalu dimulai pukul 10.20-13.45 WIT dengan tema bertajuk “Bertumbuh dan berakar dalam Kristus” itu dihadiri jemaat Gereja Baptis yang ada di wilayah Tabi, tamu undangan dan simpatisan.

Nilas Kogoya, dosen dan sekertaris I Badan Pelayan Pusat- Persekutuan Gereja-Gereja Baptis West Papua (BPP-PGBWP), dalam khotbahnya menyebut seminari dilakukan sebagai wadah bagi gereja untuk menyiapkan hamba-hamba Tuhan agar dapat menyelamatkan umat Tuhan dari derasnya ancaman krisis kemanusiaan yang terus terjadi di seluruh daerah Tanah Papua.

“Untuk terus menyiapkan hamba-hamba Tuhan yang handal supaya dapat menaburkan benih-benih Firman Tuhan secara akurat, tepat dan terukur pada sasaran agar umat Tuhan dapat diselamatkan dengan benar-benar dari derasnya ancaman krisis kemanusiaan, ibadah syukur perayaan seminari ke-8 ini dilakukan,” tuturnya.

Socratez Sofyan Yoman, presiden gereja Baptis West Papua, dikesempatannya menjelaskan gereja Baptis membentuk dan melakukan kegiatan seminari sejak 2015 tepatnya pada 9 Februari, dengan tujuan untuk memberantas buta huruf, membongkar yang palsu dan memegang teguh prinsip gereja Baptis.

“Dan tujuan pada umumnya adalah untuk menjawab dan menjaga domba-domba dari berbagai persoalan kekerasan yang terjadi di Tanah Papua,” ungkapnya.

Sehingga sudah menjadi tantangan bagi mahasiswa/i yang akan menjadi hamba Tuhan, tanyanya, berani menjaga domba atau sebaliknya lari meninggalkan domba?

“Silahkan kalian jawab sendiri di lapangan ketika nanti lakukan pelayanan,” ucapnya.

Sementara Patinus Wenda, ketua panitia acara, berharap semua mahasiswa dan dosen harus terus secara bersama membangun kesadaran tanpa melihat latar belakang sosial yang dimiliki.

“Harapannya mahasiswa-mahasiswi dan staf dosen sama-sama membangun kesadaran dan kerendahan hati seperti Yesus seutuhnya. Dan jangan lihat dari latar belakang mana, dari suku mana, orang mana atau dari kampus mana. Tetapi yang paling penting adalah buah yang bisa dinikmati banyak orang,” harapnya.

Harapan itu harus diwujudkan, menurut ketua gereja Baptis wilayah Tabi ini, karena kegiatan seminari Norman Sheila Draper merupakan satu terobosan yang beda dari yang lain untuk membuat kepercayaan kepada Tuhan semakin kokoh dalam iman dan ilmu untuk membangun gereja Tuhan di Tanah Papua yang independen, otonom dan mandiri.

“Sekalipun secara usia seminari Normshed masih belia, tetapi komitmennya akan terus pelihara dan jaga,” tutupnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *