Jayapura, (WAGADEI) – Keberadaan Kodim 17/03 Deiyai, Papua Tengah patut ditanyakan pasalnya anggota TNI memaksa warga untuk merekam video berdurasi pendek, seperti yang dilakukan anggota TNI dari Kodim 1703 Deiyai terhadap Kepala Suku besar Frans Mote pada Kamis, (19/1/2023) di Waghete. Demikian juga beberapa tahun lalu pihak aparat juga paksa warga kampung Bomou, Distrik Tigi agar bisa merekam video secara paksa tentang kehadiran DOB dengan memberikan beras dan mie sebagai ‘hadiah’.
Rekaman video Frans Mote tersebut dalam sekejap saja bereda di semua aplikasi sosial media sehingga menuai tanggapan miring yang dialamatkan kepada aparat yang memaksa merekam karean dalam video itu nampak Frans Mote melihat teks, bahkan memarahai terhadap Frans Mote. Hal itu segera ditanggapi Frans Mote sebagai kepala suku besar Kabupaten Deiyai, sehingga pada Jumat, (20/1/2023) dilakukan klarifikasi di kantor Kodim Deiyai.
Selanjutnya pada hari Sabtu, (21/1/2023) Frans Mote juga menyebarkan rekaman video bahwa perbuatannya itu dijebak oleh oknum TNI yang bertuags di Kodim Deiyai.
Atas perbuatan anggota TNI itu, tokoh pemuda Kabupaten Deiyai Mando Mote mengecam tindakan TNI yang seharunya menjaga kambitmas. Ia mempertanyakan eksistensi TNI bahwa sebenarnya untuk apa ada TNI (Kodim) ditengah masyarakat? Sebab pihaknya menilai dan menduga TNI (Kodim) Deiyai masih saja memupuk dan mempraktikkan hal-hal yang memperkeruh situasi di tengah masyarakat.
“Saya menduga peristiwa yang terjadi pada Pak Frans Mote selaku kepala suku besar di Deiyai ini bisa terjadi atas perintah atasan. Dan adik saya Marko Pakage sebagai anggota TNI yang bertugas di Deiyai bawa catatan yang dititipkan untuk bacakan. Marko Pakage itu adik saya, sejak kecil saya yang jaga dia maka sikap dia saya tau betul. Adik dia anaknya baik dan penurut,” tegas Mando Mote kepada wagadei.id, Sabtu, (21/1/2023).
Purna Praja IPDN angkatan XX meminta kepada Dandim Deiyai memperjelas maksud dan apa tugas serta tanggungjawab Kodim di tengah masyarakat Deiyai. “Perlakuan ini sangat lucu di mata kami Intelektual Deiyai sebab kami paham skenario ini,” katanya.
“Yang paling lucu lagi adalah belum selidiki serta reword terhadap otak dibalik semua yang menimpa kepala suku umum di Deiyai. Terkesan membiarkan kejadian itu. Semoga bisa ungkap siapa yang edit dan tulis di video itu sebab yang klarifikasi video saja yang ada yaitu dari anggota TNI aktif di Kodim Deiyai,” ungkapnya.
Ia mengatakan, tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keamanan, bukan memperkeruh situasi dengan merekam potongan video yang pada akhirnya mengadu domba sesama warga setempat.
“Manfaat TNI itu membantu dan menolong kepada masyarakat dalam berbagai situasi, tapi dengan kasus Lukas Enembe ini TNI atau Kodim Deiyai mau mengadudomba masyarakat asli sehingga mereka memanfaatkan kepala suku Deiyai,” ujarnya.
Ia meminta kepada kepada Pangdam Cenderawasih agar segera mengevaluasi internal secara menyuluh atas kelalaian dalam melaksanakan tugas yang pada akhirnya hampir terjadi konflik masyarakat itu.
Pemerintah, TNI, Polri, Pihak adat dan Pemuda adalah pengayom, pelayan masyarakat maka kami minta kedepan tidak terulang lagi.
“Mari kita sama sama pergunakan lembaga kita masing-masing untuk membangun, melayani dan mengayomi masyarakat bukan memperkeruh situasi masyarakat yang pada akhirnya jauh dari harapan negara,” katanya. (*)