Oleh: Marius Goo
BAPAK Lukas Enembe (LE) yang merupakan Gubernur Provinsi Papua dua perioa ditangkap pada hari Selasa, 10 Januari 2023 di Abepura, Kota Jayapura, Ppaua pada pukul 12.27 WP. Gubernur Lukas Enembe ditangkap saat berada di salah satu restoran yang berada di sekitar Kota Raja, Distrik Abepura. Sebelum Gubernur LE ditahan pada siang hari, (10/1/2023), subuh harinya sekitar pukul 02.00 WP terjadi gempa bumi, langsung dialami oleh orang-orang yang ada di tanah Papua, bahkan itu hampir semua tempat.
Gempa bumi sebelum penangkapan atau penahanan gubernur LE mengundang pertanyaan, ada apa? Pertanyaan ini harus direfleksikan bersama oleh orang Papua secara khusus dan Indonesia pada umumnya. Bahkan ada juga yang mengaitkan dengan kematian Tuhan Yesus di kayu salib telah terjadi gempa bumi ketika itu.
Lukas Enembe yang dilahirkan di kampun Kembu, Kabupaten Tolikara pada tahun 1967 adalah seorang Gubernur Papua yang menjabat selama dua periode. Beliau menyelesaikan pendidikan di Universitas Sam Ratulangi Manado di jurusan Fisip saat usia 28 tahun. Beliau seorang politikus Indonesia sebagai gubernur sejak tahun 2013 sampai 2023 dan sebelumnya pernah menjabat sebagai Bupati Puncak Jaya tahun 2007 hingga 2012 dan wakil bupati di kabupaten yang sama dari tahun 2001 hingga tahun 2006.
Lukas Enembe Ditahan, Mengapa dan Ada Apa?
Dari pantauan media sosial, alasan utama Lukas Enembe ditahan jelas, yakni karena “diduga korupsi” dan “tersangka kasus gratifikasi”. Penangkapan dilakukan karena tersangka kasusu dugaan suap dan gratifikasi terkait proyek infrastruktur di Papua. KPK menangkap juga Direktur PT Tani Bangun Papua, Rijatono Lakka (RK), sebagai pemberi suap yang melanggar pasal 5 ayat (1) atau pasal 5 ayat (2) adan pasal 13 Undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2021.
Sedangkan LE, tersangka sebagai penerima tersangkakan melanggar pasa 12 huruf 1 atau b atau pasal 11 dan pasal 12b undang-undang nomor 31 tahun 1999 tetang pemberantasan tindak pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001.
Mengapa ada Gempa Bumi?
Dalam pemahaman metafisis berkaitan dengan gempa bumi semalam sebelum gubernur Papua LE ditangkap, adalah satu pertanda besar bagi rakyat Papua secara khusus dan Indonesia pada umumnya. Setidaknya, pengkapan Gubernur Papua LE menggoyangkan tanah Papua dan Indonesia Pada umumnya. Sebelum Gubernur EL yang adalah kosong satu (01) Propinsi Papua ditangkap, alam memberi kode tentang peristiwa besar, tentang penangkapan Gubernur.
Tanah Papua goyang karena Gubernur yang adalah anak kandung Papua (Putera Papua) akan ditangkap dan dibawa ke Jakarta. Hal ini juga berkaitan dengan “kesatuan manusia dan tanah Papua”. Bahwa antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan. Dapat diartikan sebagai sebuah pemberontakan alam, tetapi juga suatu keprihatinan tanah atas anak asli (adat) yang akan ditangkap, dalam kondisi tubuh yang tidak sehat, di mana beliau sedang menjalani perawatan.
Makna Gempa yang terjadi saat kematian Tuhan Yesus
Mungkin anda sudah mendengar berkali-kali bahwa penyaliban Tuhan Yesus Kristus merupakan salah satu hari penting di dalam sejarah manusia. Pada dasarnya, ada empat peristiwa penting yang terjadi di muka bumi ini. Pertama adalah Allah menciptakan manusia pertama. Kedua adalah hari kejatuhan pada saat manusia jatuh ke dalam dosa sehingga menyebabkan kematian dan juga kehancuran. Peristiwa ketiga adalah air bah atau Tsunami yang diturunkan pada zaman Nuh. Terakhir adalah hari penyaliban Yesus Kristus hingga mati di kota Yerusalem.
Pada saat peristiwa itu terjadi, banyak kejadian-kejadian aneh yang terjadi. Beberapa orang bahkan menyebutkan bahwa peristiwa tersebut adalah mujizat Yesus karena terjadinya penyaliban Yesus itu sendiri. Di antara beberapa peristiwa yang terjadi, gempa bumi termasuk di antaranya. Pada saat itu, banyak orang yang terkaget-kaget dan tidak percaya mengapa tempat suci seperti Yerusalem mengalami gempa bumi yang cukup dahsyat? Beberapa hal mengenai Gempa bumi saat Yesus disalibkan bisa dilihat pada ulasan berikut ini.
Tertulis dalam surat Matius
Tentunya berbagai peristiwa tersebut tidak diungkapkan secara mengada-ada. semuanya sudha tercantum pada Alkitab. Mengenai peristiwa gempa bumi ini sudah ada di dalam surat Matius 27:51. Bunyinya sendiri sebagi berikut.
“ Dan lihatlah tabir bait suci tersebut. Telah terbelah menjadi dua dari atas hingga ke bawah. Terjadi gempa bumi sehingga bukit-bukit batu pun terlihat sampai membelah.”
Pada ayat tersebut telah diperlihatkan cukup jelas bahwa kejadian gempa bumi saat itu cukup dahsyat. Bahkan diperjelas dengan adanya bukit yang terbelah karena saking besarnya gempa tersebut. Tentu saja banyak orang yang kalang kabut karena kejadian gempa bumi di Yerusalem, terutama para tentara Romawi.
Berhubungan dengan tabir Bait Suci
Perlu diketahui bahwa sebelum gempa bumi itu terjadi, ada sebuah peristiwa besar lainnya ketika penyaliban Yesus Kristus. Peristiwa tersebut adalah terkoyaknya tirai bait suci. Untuk diketahui bahwa tirai tersebut sangat besar dan juga luas sehingga hampir mustahil jika sampai terkoyak atau terbelah.
Menurut Dr. John R. Rice dalam bukunya yang berjudul The King of The Jews: A Commentary on Mattewi menyebutkan bahwa di tempat kubus tersebut atau bisa dikatakan ruang utama bait itu panjangnya sekitar 90 kaki, lebarnya 30 kaki, dan tingginya bisa mencapai 90 Meter. Di dalam ruang kudus tersebut telah dibagi menjadi dua bagian.
Dari pernyataan tersebut bisa kita simpulkan juga bahwa betapa besar dan tingginya tabir bait suci tersebut. Tidak ada hujan atau petir, tiba-tiba saja tabir tersebut terbelah menjadi dua padahal tidak boleh ada seorang pun yang memasuki ruangan tersebut selain Imam Besar dan itu pun hanya satu tahun sekali.
Pendapat para ahli
Mengenai peristiwa gempa dahsyat ketika penyaliban Yesus juga mengundang banyak pendapat dari berbagai ahli. Salah satunya adalah dari Alfred Edersheim. Menurut beliau yang telah menulisnya pada buku The Life and Times of Jesus the Messiah, gempa bumi yang terjadi berhubungan dengan robeknya tabir bait suci. Edersheim juga lebih menekankan bahwa tabir yang tebalnya bisa sama dengan telapak tangan manusia itu sangat mustahil terbelah tanpa adanya kekuatan yang besar.
Pada saat Yesus Kristus telah mati, tabir tersebut sudha terbelah. Dari poeristiwa tersebut bisa menjadi tanda bahwa Yesus merupakan pernatara Allah dengan manusia. Hal ini juga terrukis dalam surat I Timothy 2:5 yang bunyinya seperti dibawah ini.
“ Oleh karena Allah itu Esa, Dia (Yesus) menjadi perantara Allah dan juga manusia. Dia itu adalah Yesus Kristus.”
LE di mata Negara Indonesia
LE di mata Negara Indonesia terlihat melakukan korupsi dan gratifikasi, dan karena itu harus dilakukan penangkapan dan sekaligus diminta pertanggungjawaban atau menjalani proses hukum. Negara melihat LE sebagai sosok gubernur yang pembangkan dan tidak taat. Karena dianggap tidak taat diincar untuk ditangkap dengan diduga juga disangkap kasus suap dan gratifikasi.
Gubernur LE adalah sosol Politikus Indonesia, artinya orang nomor satu atau orang 01 satu yang sedang mempertahankan Indonesia dengan mengelolah dana Otonomi Khusus. Kehadiran Gubernur memperpanjang Orang Asli Papua (OAP) berkepanjangan tinggal bersama Indonesia, dengan menjalangkan roda pemerintahan Indonesia melalui Propinsi Papua. Artinya, jika beliau tidak menjagi Gubernur, otomatis Papua tidak menjadi bagian dari Indonesia. Selanjutnya, karena beliau menjadi Gubernur, banyak pembangunan yang dirasakan dan membuat Jakarta tersenyum, misalnya: Kantor Gubernur Baru, Stadion Lukas Enembe, Jembatan Merah Yotefa, Jalan Trans Papua. Sebenarnya, di Era LE ada banyak pembangunan yang dibuat demi mempertahankan Indonesia yang patut disyukuri oleh Negara Indonesia.
Pertanyaan, ada apa semalam sebelum gubernur LE ditangkap terjadi gempa bumi? Tentu menjadi jelas bahwa LE sebagai anak kandung Papua turut bersedih dan ikut merasakan apa yang dialami dan dirasakan semua orang asli Papua pada umumnya dan khususnya gubernya LE. Sebab, walaupun gubernur LE melakukan banyak kemajuan, pembangunan demi Indonesia, namun di mata Negara (pejabat Negara) tidak ada apa-apanya. Beliau yang masih belum pulih kesehatan ditangkap, diborgor, dibawa ke Jakarta, diperiksa walaupun sebelumnya hanya sebatas dugaan dan disangka.
Gubernur LE yang telah lama berupaya menggolkan visi Jakarta, terlebih menerima DOB, namun Jakarta menilainya dari sisi negatif, dan terjadi semacam, “panas setahun dihapuskan hujan sehari.” Apakah ada keadilan dan pembelaan yang benar untuk bapak gubernur Lukas Enembe? Hanya gemba bumi sebelum penangkapan saja yang mengetahuinya. (*)
Penulis adalah pemerhati situasi Papua