Jayapura, (WAGADEI) – Asosiasi Almamater Asal Kabupaten Paniai, Nabire, Dogiyai, Deiyai, dan Intan Jaya (AAPANDODEI) Se-Indonesia tengah telah menggelar seminar bersama di Manado, Sulawesi Utara.
Kegiatan tahunan ini telah berlangsung di aula Gereja Katolik Kota Tomohon, pada Kamis (29/12/2022) dan diikuti oleh 120 Peserta.
Ketua panitia Yakobus Tagi kepada wagadei.id yang diterima pada pada Jumat, (30/12/2022), bahwa dari semua badan pengurus IPMAPANDODEI dari semua kota studi se – Indonesia Tengah.
“Sesuai kesepakatan bersama dari perwakilan Badan Pengurus IPMAPANDODEI Se-Indonesia Tengah. Kegiatan ini adalah kegiatan tahunan yang wajib dilaksanakan, pelaksanaannya bergilir dari satu kota studi ke kota studi yang lain,” ujar Yakobus Tebai.
Tebai mengatakan, kegiatan puncak telah dilaksanakan tanggal 27-28 Desember 2022, semua peserta mulai berdatangan dari kota studi masing-masing.
“Kami arahkan menuju penginapan yang dipusatkan di asrama mahasiswa Dogiyai di Kota Tomohon. Tanggal 29 Desember 2022, kami isi dengan seminar- seminar,” katanya.
Dikatakan, pihaknya dibekali dengan tiga materi dengan narasumber yang berbeda namun dibutuhkan untuk kalangan alumni dan mahasiswa.
“Pembicara yang diundang adalah Nikolaus Hubi dari intelektual dan aktivis, mahasiswa Pascasarjana. Niko menyampaikan materi bertema “Peran Pemuda dalam menghadapi DOB 6 Provinsi di Papua”,” katanya.
Pembicara berikutnya adalah intelektual dan aktivis kemanusiaan Dokter Jhony Janggup, menyampaikan materi bertema “Peran Pemuda Papua dalam Menghadapi Arus Globalisasi”. Pembicara lainnya adalah Maiton Gurik, membawakan materi bertema “Implementasi Pendidikan Indonesia di Papua.” Maiton adalah penjual buku dan bekerja di Dewan Gereja-geraja Papua di Jayapura.
Anton Kayame, koordinator seminar dalam sambutannya mengajak semua peserta memperoleh manfaat berupa ilmu pengetahuan dan cakrawala berpikir yang baru.
“Kita semua agar bangkit dan menjadi pemimpin di Papua dan dunia. Para pemateri tersebut mengajak pemuda dan mahasiswa untuk tetap kritis, karena kritis adalah ciri khas intelektual atau kaum terpelajar,” kata Kayame. (*)