RSUD Jayapura Sukses Tangani Kelahiran Kembar Siam, Operasi Pemisahan Menunggu Hasil Pemeriksaan

Jayapura, WAGADEI — Suara tangis dua bayi itu terdengar menggema seisi ruangan operasi. Disambut beberapa dokter dan bidan yang membantu serta sang ibu yang masih terbujur lemah, kedua bayi kembar siam itu akhirnya lahir setelah menjalani operasi caesar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, Jumat, (24/1/2025) sekitar jam 11.00 WP.

Kelahiran bayi kembar yang terhubung secara fisik ini menjadi atensi khusus di kalangan medis RSUD Jayapura sejak beberapa bulan terakhir. Para dokter ahli mengambil keputusan melakukan operasi setelah melihat kondisi bayi dan sang ibu.

Dr. Jefferson Nelson Munthe, SpOG, M.Kes, Subsp Fetomaternal, dokter yang menangani persalinan itu menjelaskan, kasus kembar siam merupakan kondisi yang kompleks dan membutuhkan penanganan khusus.

“Kembar siam terjadi akibat kelainan pada tahap awal perkembangan embrio. Namun tim medis di RSUD Dok 2 Jayapura berhasil melakukan persalinan dengan selamat. Sekarang keduanya ada dalam perawatan intensif di NICU untuk mendapatkan pemantauan dan perawatan yang optimal,” ujar dr. Jefferson kepada wartawan di ruang OK RSUD Jayapura, usai operasi, Jumat siang.

Menurut dr. Jefferson, posisi kepala kembar siam ini dempet. Karena alat MRI RSUD Jayapura saat ini rusak, pihaknya memakai alat CT Scan. Dan dari slice demi slice, tampaknya tidak bisa menunjukan apakah tulang dada yang kembar ini bisa dipisah atau tidak dengan keadaan blame seperti itu.

“Lalu kita USG Fetormaternal tapi juga tidak ditemukan batasnya itu bisa dipisah atau tidak, tetapi Dokter David sebagai konsul Fetormaternal bilang segera saja di operasi. Ya kita serahkan kepada Tuhan yang mengatur semuanya dan berdoa, kita percaya bahwa anaknya bisa hidup,” timpalnya.

Sempat Ingin Digugurkan

Dokter Jefferson mengisahkan, kronologi kembar siam itu berawal saat sang ibudari kedua bayi itu datang berkonsultasi lantaran ada kecurigaan bayi kembar, tapi tak normal.

“Jadi pas saya periksa waktu itu, memang betul ada terjadi dempet di dada hanya karena masih kecil. Saya bilang sama keluarganya bahwa saya kasih tunjuk juga ada video di Amerika ada anak kembar perempuan mereka kepala 2, tangan 2, tapi badan 1. Jadi mereka hidup sampai gadis lalu di baptis di kolam renang dan mereka masih hidup. Nah tadinya si ibu mau menggugurkan (anaknya) tapi akhirnya dia (ibu) mau meneruskan (kehamilan),” jelasnya.

Dalam perkembagan kehamilan, Dokter Jefferson bilang, ibu tersebut merasa bayinya sangat menyiksa kondisi tubuhnya lantaran postur bayi yang tergolong besar.

“Waktu dia pengen dikeluarkan saja, ya tidak lanjut sampai 9 bulan. Tapi saya bilang yang punya nyawa adalah Tuhan, saya gak berani. Akhirnya saya bilang bu, ibukan sudah lihat video yang dulu saya kasih tunjuk bahwa ada kembar juga di dunia ini di negara Amerika sana, tapi mereka hidup sampai besar,” jelasnya.

Melihat video bayi kembar siam di Amerika Serikat, yang memiliki dua kepala, 2 tangan, 2 badan tetapi 1 jantung, dan mereka bisa bertahan hidup, sang ibu pun setuju menjaga bayinya hingga operasi dan lahir hari ini.

Tantangan tak selesai di situ. Saat usia kehamilan berjalan, bayi kembar itu didiagnosa mengalami sakit jantung. Lalu si ibu disarankan ke RS Bhayangkara Jayapura, yang kebetulan dekat dengan tempat tinggalnya di kawasan Kotaraja.

“Tapi perjalanan waktu bayi tambah besar yang ibunya hamil sampai 37 minggu ternyata bayi tetap hidup. Dan ini di luar dugaan konsultan Fetormaternal sebelumnya. Jadi pas sudah sebesar itu saya bikin tim untuk kembar siam, lalu saya buat grup WhatsApp kembar siam. Di tim ini ada dokter bedah, anak, jantung, anastesi,” kata Dokter Jefferson.

Karena kondisi ibu sehat, maka diputuskan untuk operasi sesar. Dokter Jefferson pun menyampaikan kepada Plt. Direktur RSUD Jayapura dr. Aaron Rumainum, M.Kes terkait rencana operasi.

“Kalau dokter anak ini maunya 30 Januari (operasi), tapi saya bilang tidak bisa ini sudah sesak sekali dan masuk 37 atau 38 minggu. Kalau operasi itu kan jangan sampai 40 minggu. Sebab ibu ini sudah tujuh kali melahirkan dan sesar dua kali jadi tidak boleh ada kontraksi,” tutur Jefferson.

Sebenarnya pperasi lahiran bayi kembar siam ini tidak berbeda jauh dengan melahirkan anak normal, hanya berbeda pada teknik.

“Jadi tekniknya beda, yang biasa sayatnya di bawah, kalau ini sayatnya bentuk U di bawah rahimnya dinaikin ke atas, tidak hanya datar sehingga itu lebar. Ya, kalau datar itu bisa kembar biasa, tapi ini gak bisa, ini harus lebar,” ujarnya.

Dr. James Thimoty, Sp,A(K), dokter spesialis anak mengatakan bahwa bayi kembar siam ini merupakan kasus langka yang pernah terjadi di Jayapura, bahkan di seluruh Papua. Namun, ini bukan yang pertama. Pada 2001 silam, pernah terjadi juga kasus kembar siam pertama yang ditangani RSUD 2 Jayapura.

“Sayangnya bayi kembar siam 2001 itu tidak dapat bertahan lama atau meninggal dunia. Makanya kita berharap bayi ini bisa bertahan. Kita berusaha untuk bisa menolong bayi ini, tentunya dengan kita melakukan pemeriksaan lengkap dulu sehingga tahu organ dalamnya seperti apa,” ujar Dokter James.

Merawat bayi kembar siam, menurut Dokter James, tergantung dari organ dalamnya, bukan bagian luar. Pasalnya, organ dalam itu yang akan menentukan apakah bayi ini bisa bertahan hidup atau tidak.

“Pokoknya itu tergantung pemeriksaan yang kita lakukan di awal ini untuk menentukan, apakah bisa dilakukan operasi di sini atau kita rujuk ke luar. Karena sebetulnya tergantung organ dalam. Dan saya sebagai ketua tim kemudian akan sama-sama dokter yang lain, dokter spesialis bedah anak kemudian ada dokter jantung kemudian dokter radiologi, jadi kami satu tim menangani pasien ini,” akunya.

Harapan Hidup Kembar Siam

Meskipun perjalanan masih panjang, namun tim medis optimis bahwa bayi kembar siam ini memiliki peluang untuk hidup. Operasi pemisahan merupakan langkah yang akan dipertimbangkan setelah kondisi bayi stabil.

Namun, keputusan akhir mengenai operasi pemisahan akan diambil setelah dilakukan berbagai evaluasi medis oleh dokter bersangkutan.

Sebagaimana dr. James Thimoty, Sp,A(K), dokter spesialis anak yang terlibat dalam penanganan kasus ini, mengatakan, bahwa pihaknya akan memantau kondisi bayi kembar perempuan tersebut.

“Kami akan terus memantau perkembangan bayi dan melakukan semua yang terbaik untuk memberikan mereka kesempatan hidup yang terbaik,” ujar dr. James.

Dokter anastesi yang ikut dalam operasi kembar siam, dr. Duma S. Siahaan, Sp.An.KIC mengaku bahwa tantangan terbesar dalam operasi kali ini yaitu pada kondisi kandungan sang ibu yang besar dengan berat badan mencapai sekitar 118 kg. Sebab kondisi tersebut dapat menekan jantung sang bayi kembar.


“Karena ketika dia lahir tiba-tiba otomatis kerja jantung berat yang tadinya dia menghidupi 2 anak, 2 bayi lalu tiba tiba hilang. Nah, jadi masalah kita dianastesi itu adalah bagaimana kita menstablikan jantung yang pertama.

Apalagi, kata dr. Duma, ini adalah anak ketujuh dan kedelapan. Kemungkinan besar bisa terjadinya pendarahan.

“Itu yang harus kita evaluasi. Kita kerja sama dengan dokter bedah terus kemudian yang ketiga ini pengelolaan nyeri karena dia (perut ibu) kan sayatannya tinggi. Jadi kita harus mengawasi nyeris pasien ini sama gangguan kontraksinya juga, makanya kita taruh pasien ini di ICU usai operasi,” kata dr. Duma.

Belajar dari kasus ini, dr. Jefferson Munthe mengingatkan kepada semua ibu yang memiliki riwayat kehamilan kembar untuk harus segera berkonsultasi ke dokter spesialis kandungan guna penanganan sejak awal.

“Dengan penanganan yang tepat sejak dini, kita dapat memberikan perawatan terbaik bagi ibu hamil dan janinnya,” ujarnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan