Nabire, WAGADEI – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Papua Tengah telah menetapkan hasil rekapitulasi perolehan suara pemilu legislatif (pileg) 2024 pada Selasa, (28/5/2024). Dari penetapan itu muncul nama baru yang bakal menjadi anggota termuda yang mengisi kursi DPR Provinsi Papua Tengah.
Dia adalah Paulus Mote berusia 27 tahun, calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Paul sapaan akrabnya melenggang seusai memperoleh 10.409 suara di daerah pemilihan (dapil) 8 yakni kabupaten Deiyai. Di dapil tersebut memperolah tiga kursi, selain Paulus ada juga Maksimus Takimai dari PDI P dan Petrus Badokapa dari Hanura.
Usai penetapan caleg terpilih, kepada wagadei.id, Mote yang lahir di Moanemani, kabupaten Dogiyai pada tanggal 15 Oktober 1997 ini mengatakan, awalnya dirinya juga tidak menyangka bisa mengungguli perolehan suara caleg lain di dapilnya. Pasalnya, lanjut dia, tak memiliki modal anggaran yang cukup memadai lantaran ia adalah seorang anak yatim piatu yang kesehariannya berprofesi sebagai sopir lintas dari Nabire ke Dogiyai, Deiyai, Paniai dan sebaliknya.
“Awalnya memang saya tidak sangka, tetapi sudah sudah berusaha, barangkali ini takdir Tuhan,” kata Paulus Mote.
Atas kepercayaan dari masyarakat itu, anak yang tamat SD Negeri 1 Puncak Jaya pada tahun 2009 ini mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebab atas kasih, karunia dan takdirnya maka di usianya yang terbilang mud aini bisa terpilih menjadi anggota DPR Provinsi Papua pada periode pertama ini.
“Saya bersyukur kepada Tuhan karean telah menyediakan waktu yang sangat istimewah buat saya. Sejak tanggal 28 Mei 2024, saya (Paulus Mote) telah ditetapkan sebagai anggota DPR Papua Tengah secara resmi oleh KPU Provinsi Papua Tengah,” ujarnya penuh bercucuran air mata.
Tak henti-henti juga ia menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang tersebar di lima distrik se kabupaten Deiyai atas kepercayaan walaupun masih belia namun diberikan amanah yang cukup berat di pundaknya.
Dengan penuh rasa syukur yang berlimpah, ia menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada 36 marga yang tersebar di 67 kampung di lima distik kabupaten Deiyai.
“Ucapan terima kasih ini, saya sampaikan dari lubuk hati yang paling dalam kepada masyarakat Kabupaten Deiyai, karena dengan hati yang tulis telah memilih dan memberikan suara serta sekaligus memberikan kepercayaan kepada saya. Memang tidak gampang, kami banyak orang yang calon tapi saya yang dipilih,” ungkapnya.
Hidup Sebagai Anak Yatim Piatu
Paulus Mote adalah anak yatim piatu, ayahnya bernama Marius Mote merupakan seorang mantri atau petugas kesehatan di Waghete namun meninggal dunia pada tahun 2000 di Waghete, kini ibukota Deiyai dan sementara mamanya bernama Irene Pigome juga meninggal dunia empat tahun berikutnya yakni pada tahun 2004.
Ketika itu Paulus masih kecil, usia taman kanak-kanak, namun hidupnya pindah-pindah diantara keluarga besar dari pihak ayahnya maupun mamanya yang ada di Waghete, Moanemani maupun Nabire serta ikut omnya Yohakim Pigome anggota Polisi di Polres Puncak Jaya untuk bersekolah di Mulia.
Tahun 2009, ia menyelesaikan pendidikannya tingkat SD pada SD Negeri 1 Puncak Jaya, selanjutnya ia kembali lagi ke Waghete guna melanjutkan sekolah lanjutan di SMP Negeri 1 Tigi dan tamat tahun 2012.
Ia tetap mengejar masa depannya, Paulus melanjutkan studinya ke Dogiyai dan masuk di SMA Negeri 2 Dogiyai selanjutnya tamat tahun 2015. Ia kerapkali dapat ‘makan’ atas kebaikan orangtuanya semasa masih hidup, dengan penuh keyakinan ia lulus SMA dan siap-siap melanjutkan perguruan tinggi di ibukota provinsi Papua di Jayapura.
“Saya masuk di kampus STIH Umel Mandiri Jayapura jurusan Hukum Tata Negara. Dua tahun saya sekolah (kuliah) di situ tapi putus tahun 2017 karena tidak ada biaya pendidikan, lalu saya balik ke Nabire lagi,” ujarnya kenang sambil mata kaca-kaca.
Paulus gagal meraih sarjana sebab tak ada yang membiayai, selanjutnya menjadi tenaga honorer di kantor Bappeda Deiyai sambil mengemudi mobil atasan.
Asah Skil dan Jadi Sopir Lintas di Meepago
Walaupun sempat kuliah pada jurusan Hukum Tata Negara, namun sekembalinya ke Nabire ia menjadi seorang sopir lintas. Hari-hari mengendarai mobil milik keluarganya guna menunjang kebutuhan hidupnya bersama keluarganya. Penghasilan selebihnya stor ke pemilik mobil.
Bekerja di luar bidang yang selama ini ia pelajari di kampus justru bisa membuatnya makin cinta jalan aspan yang berliku-liku. Sebagian hidupnya habis di tengah jalan hanya layani masyarakat, jalan aspal dan hutan rimba jadi saksi hidup hingga mobil fortunernya tertulis ‘raja rimba’.
Dengan profesi sebagai sopir, ia terus berkembang secara kemampuan pegang stir maupun berinteraksi dengan rekannya lain hingga terbentuk wadah Komunitas Sopir Mee Yokaa yang diketuai Gemi Douw bermarkas di Sanoba Nabire.
Ia bahkan kerap mengangkut masyarakat yang sedang berkesusahan di tengah jalan, hal itu membuat dirinya dekat dengan masyarakat namun belum punya rencana bakal calon legislatif.
Misinya Untuk Deiyai dan Papua Tengah
Perjalanannya selama ikut serta dalam kontestasi Pemilu 2024 itu pun tidak mudah. Pasalnya saat itu dirinya masih harus bolak-balik mencari dana penunjang dalam politik ini untuk membiayai atribut politik dan hal lainnya. Ia juga mengaku mengurus segala macam persyaratan dan pendaftarannya seorang sendiri.
“Memang tidak mudah, harus keluarkan ‘tenaga dalam’. Politik tahun 2024 ini lebih jahat,” ucapnya.
Semoga kepercayaan ini, kata dia dapat diwujudnyatakan dalam amal bakti dan kerjasama yang baik untuk mewujudkan harapan hidup mandiri dalam segala aspek kehidupan masyarakat dan menjadi program berkelanjutan demi regeneralisasi dari periode ke periode untuk pembangunan manusia Papua Tengah tercinta.
“Melihat dari usia saya yang begitu muda, dan usia provinsi Papua Tengah yang baru saya ingin mencalonkan diri sebagai seorang DPR supaya ada keterwakilan kursi DPR termuda. Jadi saya mewakili generasi muda di Papua Tengah,” katanya.
Ia mengaku sepanjanga ini dirinya tak memiliki keinginan untuk mencalonkan diri menjadi anggota legislatif sebab tak punya apa-apa untuk meyakinkan masyarakat, namun terdorong dengan sebutan ‘pak DPR’ dari kalangan orang terdekat sehingga hal itu memotivasi dirinya terjung ke dunia politik Bersama para politikus senior.
“Saya tidak punya cita-cita menjadi seorang legislatif, namun sering teman-teman dan keluarga dekat selalu memanggil dengan sebutan DPR. dengan sebutan inilah saya nyatakan sikap untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif di provinsi Papua Tengah,” katanya kenang.
Pada pesta demokrasi ini, ia meraih jumlah suara suara murni sebanyak 10.409 sementara perolehan suara partai politik dan calon 11479 dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Ia memiliki enam misi saya sebagai DPR muda, diantaranya mengusahakan peluang kerja bagi pengangguran, mengembangkan ekonomi kerakyatan, membina kemampuan kerja di setiap sektor atau aspek, menentukan pola distribusi hasil pangan dan hasil karya, mengupayakan peningkatan pendapatan daerah dan mendorong sistim kerja pemerintah daerah.
Sebagai anggota DPR Provinsi Papua Tengah termuda, lanjut dia, dirinya siap memperjuangkan pembangunan di provinsi Papua Tengah terlebih khusus di Daerah Kabupaten Deiyai di bidang infrastruktur, sosial-budaya dan ekonomi serta hak-hak hidup masyarakat di Kabupaten Deiyai dan pada umumnya 8 kabupaten di Provinsi Papua Tengah merupakan wilayah pengawasan DPR Provinsi Papua Tengah.
Untuk itu, secaara pribadi ia siap melaksanakan tugas dan wewenang yang telah diatur dalam ketentuan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku secara resmi.
“Jadi saya ini anak muda pertama yang buka jalan untuk ribuan anak muda lainnya di provinsi Papua Tengah,” ucapnya.
Manfaatkan masa mudamu untuk mengembangkan bakat dan keterampilan yang akan membawamu ke puncak kesuksesan. Masa muda adalah investasi jangka panjang; apa yang kamu tanam sekarang, akan kamu tuai di masa depan. Kejar impianmu selagi muda karena semangat dan energi yang kamu miliki adalah modal terbesarmu.
Seusai mengetahui dirinya masuk jajaran anggota dewan, ucapan selamat pun berdatangan dari berbagai pihak tak terkecuali dari keluarga, teman, mantan rekan honorer Bappeda Deiyai maupun para politisi senior.
Meski berhasil melenggang menjadi salah satu anggota dewan yang bakal menempati kursi DPR Provinsi Papua Tengah nanti. Dirinya pun menjaga diri untuk tetap bisa rendah hati dan bisa mewujudkan apa yang menjadi cita-cita dan visi misinya saat awal dirinya ingin menjadi anggota dewan.
“Percaya diri kerja keras dan yakin kita bisa, itu salah satu modal kita bersama,” ucapnya. (*)