Jayapura, WAGADEI – Pasca TPN-PB/OPM sayap militer pertahanan West Papua Army (WPA) menembak mati satu anggota Satgas Danai Chartenz Bripda Alviado Stave Karomoy di Bilogai, Intan Jaya pada Jumat, (19/1/2024), pasukan gabungan TNI dan Polri langsung melakukan serangan balik.
Namun serangan tersebut tak mengenai sasaran, pasalnya dua warga sipil diantaranya Yusak Zondegau yang ditembak di komplek Bank Papua dan Apriana Sani yang mengenai tangan menjadi korban peluru tajam Satgas Damai Chartenz.
Hal itu katakan Komandan operasi umum West Papua Army (WPA) atau Tentara Papua Barat, Gusby Waker menegaskan Yusak Sondegau, pria berusia 40 tahun yang ditembak mati oleh gabungan teroris Indonesia di Sugapa, Intan Jaya dan wanita muda bernama Apriana Sani yang peluru mengenai tangan kirinya hingga luka serius sejak tanggal 19-21 Januari 2024 adalah warga sipil.
“Mereka dua (Yusak Sondegau dan Apriana Sani) bukan kami punya anggota tapi mereka adalah warga sipil yang ditembak oleh TNI Polri, pasukan teroris Indonesia di sini (Intan Jaya. Jadi kalau ada berita bahwa mereka dua adalah anggota TPN/PB itu pembohongan publik,” kata Gusby Waker.
Keduanya ditembak TNI Polri, kata Gusby, pasca pihaknya menembak mati seorang anggota teroris Indonesia Bripda Alviado Stave Karomoy di Bilogai sehingga penyerangan balik yang dilakukan oleh aparat Indonesia merupakan balas dendam kepada pihak WPA yang dilapiskan ke warga sipil sebab TNI Polri tak mendapati pasukan gerilyawan yang menguasai wilayah Intan Jaya.
“Rumah milik mantan ketua DPRD Intan Jaya dibakar oleh TPNPB OPM dengan alasan bahwa rumah tersebut dijadikan sebagai pos Militer Pemerintah Indonesia selama di Intan Jaya masih dalam situasi konflik,” katanya.
Sebelumnya pada tanggal 19 Januari 2024 awal mulanya konflik terjadi di awal tahun 2024 antara kedua belah pihak telah mengakibatkan seorang anggota Brimob yang tergabung dalam Satgas Damai Cartenz telah meninggal dunia setelah mengalami luka tembak pada bagian rahang kiri dan tembus ke kanan hingga akhirnya meninggal dunia.
Baku balas tembakan terus terjadi pada 20-21 Januari 2024, lanjut dia, saat itu juga seorang anggota TPNPB OPM Kodpa VIII Intan Jaya mengalami luka tembak pada bagian tubuh korban.
“Namun masih dalam keaadan sadar dan sedang dirawat oleh kami sendiri di markas TPNPB OPM WPA,” ujarnya.
Mary Lawlor UN Special Rapporteur for human rights defenders konflik bersenjata di West Papua tidak akan pernah terselesaikan oleh pemerintah indonesia itu sendiri sebab, pemerintah indonesia tidak ada niat baik dalam menyelesaikan persoalan politik dan pelanggaran hak asasi manusia yang sedang terjadi ditanah Papua.
“Maka, dunia internasional dan pemerhati kemanusiaan diseluruh dunia diminta untuk menyelesaikan persoalan yang sedang terjadi di tanah Papua,” ucapnya.
Konflik yang berkepanjangan ini telah memakan banyak korban jiwa dari pihak sipil, militer bahkan aset pemerintah dan sipil hingga pembangunan dan pendidikan hingga kesehatan disejumlah tempat lainnya lumpuh total terutama di daerah rawan konflik seperti Intan Jaya, Nduga, Puncak, Maybrat, Oksibil dan sejumlah tempat lainnya di tanah Papua.
Dampaknya, ribuan orang Papua telah meningalkan tempat asal mereka akibat konflik bersenjata terjadi di sejumlah daerah akibat persoalan politik yang tak pernah diselesaikan oleh pemerintah indonesia.
“Bahkan pemerintah tidak pernah menawarkan pembicaraan damai dengan pro kemerdekaan Papua guna mengakhiri konflik yang sedang terjadi selama 50 tahun lebih,” kata dia. (*)