Puskesmas Enarotali beberkan bukti kuat warga Paniai rentan terinfeksi HIV/Aids

Paniyai, WAGADEI – Puskesmas Enarotali yang berada di pusat kabupaten Paniai, Papua Tengah merupakan salah satu puskesmas satelit untuk penanganan penemuan orang dengan HIV/Aids atau disingakt Odha baru, pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Aktivitas layanan itu dibuka sejak tahun 2013, hasilnya telah menemukan kasus pasien terinfeksi HIV sejumlah 368 kasus.

Namun dalam perjalanan melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS belum dilakukan secara maksimal, sehingga timbul persoalan-persoalan yang harus disikapi secara bersama seperti peningkatan pasien putus obat yang sangat tinggi.

Guna memberikan dukungan atas penanggulangan HIV/Aids, Dinas Kesehatan (Dinkes) Paniai melalui Puskesmas Enarotali telah menyelenggarakan pertemuan kepatuhan AVR yang diselenggarakan pada hari Sabtu, (16/9/2023).

Kepala Puskesmas Enarotali, Rosalina Yogi kepada wagadei.id mengungkapkan, pihaknya memiliki kasus terbaru yakni pada tahun 2023 pasien HIV meninggal sebanyak 64 orang, orang dengan infeksi baru update pada tahun 2021 sebanyak 36 orang , tahun 2022 sebanyak 46 orang dan tahun 2023 semester pertama sebanyak 14 orang.

Menurut dia, laju temuan perkembangan kasus HIV dan Aids di kabupaten Paniai terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya program-program pencegahan yang dilaksanakan oleh berbagai pihak di Indonesia. Baik yang dilakukan oleh pemerintah melalui kementerian kesehatan maupun yang dilakukan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat.

Untuk itu, penguatan KDS dan pendukung ODHIV di dua layanan khususnya di Kabupaten Paniai adalah layanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Paniai dan layanan di Puskesmas Enarotali dengan leading sektor Dinas Kesehatan Kabupaten Paniai dan KPAD merupakan upaya pencegahan
penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Paniai.

“Kami berharap penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Paniai sebaiknya dilakukan secara bersama oleh stakeholder bekerja secara langsung dengan mengedepankan koordinasi dan kolaborasi serta mengambil peran masing-masing dari stakeholder untuk pencegahan yang positif, pencegahan LFU, pencegahan AIDS, penemuan Odha baru, notifikasi pasangan, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup Odha di Paniai,” ujarnya.

Mobilisasi masyarakat Paniai yang sangat tinggi, lanjut dia, sangat berpotensi terhadap peningkatan kasus HIV/AIDS di daerah ini, masyarakat dari kampung meninggalkan keluarganya di kampung cukup lama justru sangat rentan terhadap perilaku seks lebih dari satu orang.

“Survei perubahan perilaku di Paniai yang dilakukan ole HCPI, salah satu lembaga internasional yang bekerja untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di provinsi Papua tahun 2015 menyimpulkan bahwa sebagian orang Paniai bisa melakukan hubungan seks tujuh orang yang berbeda dalam kurung waktu satu tahun atau satu orang bisa berhubungan seks sama tujuh orang yang berbeda,” ungkapnya.

Oleh karenanya, ia menegaskan, keberadaan KDS masih sangat diperlukan untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Paniai, peningkatan sumber daya ODHIV, membangun kemitraan dengan layanan ON ART, layanan satelit, melakukan evaluasi bersama terhadap penemuan kasus baru, meningkatnya jumlah ODHIV putus obat, meningkatnya jumlah ODHIV yang meninggal karena HIV, tingginya stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV, mendorong ODHIV untuk melakukan Notivikasi Pasangan, mendorong ODHIV untuk tetap path untuk minum obat.

Ia berharap lintas koordinasi ini bisa dibangun melalui pertemuan-pertemuan rutin dengan kelompok dukungan sebaya, penguatan kapasitas melalui pelatihan-pelatihan bagi ODHIV sambil melakukan kunjungan ke rumah dan lainnya.

“Puskesmas Enarotali melalui dana BPJS kesehatan tahun 2023 akan memfasilitasi pertemuan KDS bagi KDS Enaimoo Ideidee dengan harapan bisa berkontribusi terhadap pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Paniai, dengan konkrit bisa meningkatkan kepatuhan ODHIV untuk minum obat ARV,” ucap Yogi.

Ia mengatakan, pihaknya laksanakan kegiatan tersebut guna meningkatkan kualitas hidup Odha melalui kepatuhan ARV, perubahan perilaku baik secara ekonomi, sosial budaya.

“Sehingga kami mau adanya peningkatan pengetahuan Odha tentang kepatuhan ARV. Dan juga kami berupaya menurunnya angka kesakitan dan kematian karena HIV dan juga menurunnya angka pasien putus minum obat (LFU),” kata Rosalina Yogi. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *