Nabire, WAGADEI – Ikatan pelajar dan mahasiswa asal Nabire, Paniai, Dogiyai dan Deiyai di Yogyakarta – Solo atau IPMANAPANDODE Yog-Lo telah menggelar seminar dan diskusi bersama di asrama mahasiswa Dogiyai – Yogyakarta dengan dua materi, yakni mengenal Yogyakarta dan lingkungan kampus oleh Ben S. Galus, dan materi kedua dibawakn oleh Agustian Tatogo dengan judul jadilah pribadi yang unggul dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan di era globalisasi dan digitalisasi.
Badan pengurus harian (BPH) Dominggus Magai mengtakan, kegiatan itu merupakan program kerja pihaknya yang telah menjadi rutinitas sambal mencari dana makrab tahun 2023 ini.
“Setelah malam keakraban akan mengadakan kegiatan-kegiatan yang menggali potensi atau kemampuan seluruh anggota Ipmanapandode Yog-lo,” kata Magai.
Magai mengapresisasi kepada kedua pemateri karena banyak yang memberikan ilmu pengetahuan kepada pihaknya juga mengapresisasi kepada biro pendidikan Ipmanapandode Yog-lo serta para peserta diskusi seminar yang telah meluangkan waktu untuk duduk bersama dan berdiskusi.
“Pak Ben S. Galus bawakan materi tentang pengenalan daerah Yogyakarta dan lingkungan kampus. Materi ini dikarenakan saat ini pula ada mahasiswa baru sedang dalam tahap penyesuaian sehingga materi ini cocok untuk diberikan dengan harapan mereka bisa menyesuaikan atau beradaptasi dengan lingkungan baru,” katanya.
Ben S. Galus dalam materinya menjelaskan kota Yogyakarta dikenal dengan tiga sebutan di antaranya education city atau kota pendidikan, cultures city atau kota budaya dan tourist city atau kota wisata. Maka mahasiswa yang datang dari Indonesia Timur di tanah Papua bukan hanya untuk berkuliah.
“Namun untuk belajar banyak hal seperti budaya tata krama, budaya literasi, berorganisasi dan tentunya menambah relasi dengan siapa saja di kampus maupun di luar kampus,” katanya.
Sementara materi kedua yang disampaikan Agustian Tatogo menjelaskan pentingnya literasi membaca dari berbagai sumber seperti media cetak, e-book, TV dan sebagainya.
“Membaca itu luas seperti membaca siatuasi, peluang, karakter semua itu untuk menambah pengetahuan kita,” katanya.
Lanjut dia, tidak hanya literasi tapi numerisasi juga penting sehingga setiap satuan pendidikan maupun kampus siswa diwajibkan untuk bisa menghitung, menghitung itu luas seperti menghitung uang, megatur waktu dan lain-lain. Karena itu literasi dan numerisasi keduanya harus seimbang untuk menambah pengetahuan kita.
Lanjut dia, mahasiswa yang datang dari Papua bukannya belajar tekuni jurusan yang diambil oleh setiap individu tapi juga harus belajar di bidang lain juga karena belum tentu ketika selesai bisa kerja sesuai dengan jurusan yang diampuh.
“Penting untuk kreativitas juga karena tanpa praktek ilmu yang kita peroleh di kampus tidak ada pengaplikasikan dalam kehidupan. Dan juga orang tidak akan mengakuinya tanpa bukti yang kita berikan atau tunjukan dengan istilah jual nama kita,” katanya. (*)