Sikapi penembakan tiga warga sipil di Dogiyai, ini pernyataan tegas IPMADO Manokwari

Nabire, WAGADEI – Ikatan Pelajar dan mahasiswa-mahasiswi atau IPMADO kota studi Manokwari, Papua Barat menyikapi insiden penembakan terhadap tiga warga sipil di Dogiyai pada 13 Juli 2023.

Menurut IPMADO pelakunya diduga dilakukan oleh anggota Brimob Polres Dogiyai penembakan satuan Brimob itu juga mengakibatkan beberapa korban lainnya mengalami luka ringan dan berat.

Marianto Deba, ketua IPMADO Manokwari, Senin (7/8/2023) mengatakan, Kapolda Papua segera memproses hukum oknum yang diduga pelaku penyalahgunaan senjata api (UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951) yang menewaskan Yakobus Pekei (20), Stepanus Pigome (19) dan Yosua Keiya pada tanggal 13 Juli 2023 di Kabupaten Dogiyai Kabupaten Dogiyai.

“Selain tiga orang meninggal dunia, menurut saksi dan masyarakat menyebutkan ada empat warga yang mengalami tindakan kekerasan yaitu Elipin Tagi (20), Elipin Tagi (20), Sisko Goo (19), dan Amos Pigai (19). Terlepas dari itu, ada juga sopir lintas bernama Ibrahim dibacok di pertigaan kantor PT. Pos Persero di kampung Ekimanida, Distrik Kamuu dan adapula beberapa aparat keamanan yang terluka serta puluhan rumah warga yang terbakar,” kata Deba.

Pihaknya menyimpulkan bahwa pelakunya berasal dari oknum aparat keamanan serta masyarakat sipil sehingga diperlukan penyelidikan yang objektif untuk mendapatkan kesimpulan yang objektif pula. “Itu semuanya agar dapat memberikan rasa keadilan kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Dogiyai,” katanya.

“Kami minta segera usut tuntas pelaku penembak 3 warga sipil di Dogiyai 13 Juli 2023. Kami meminta kepada lembaga masyarakat segera membentuk tim pencari fakta, bukti dan pelaku penembak di kampung Obayo,” ucapnya.

Pihaknya juga meminta kepada pemerintah kabupaten Dogiyai melalui DPRD harus melakukan legitimasi melalui sidang paripurna legislatif tentang pembatasan kepada TNI dan Polri.

“Dan Pemda ambil kembali asset pemerintah Dogiyai yang memberikan kepada militer,” ujarnya.

“Tangkap dan pulangkan dalang atau provokator masyarakat pendatang di Dogiyai yang menantang dan tidak hargai masyarakat asli dan pemerintah kabupaten Dogiyai,” ucapnya.

Dogiyai bukan tanah kosong sehingga pihaknya mendesak kepada TNI Polri agar jangan mencari celah untuk merampas tanah yang menjadi hak ulayat masyarakat Dogiyai untuk bangun markas Polres dan Dandim di Dogiyai.

“Kapolda Papua dan Kapolres Dogiyai di bawah pimpinan Kapolri segera proses hukum pelaku penembak tiga warga sipil. Dan kami juga meminta kepada Pemerintah Kabupaten Dogiyai segera memberikan kompensasi kepada masyarakat sipil yang rumahnya terbakar,” katanya.

Pihaknya juga meminta kepada Ketua Komnas HAM Republik Indonesia Perwakilan Papua segera membentuk tim independen untuk memantau proses penegakan hukum yang dilakukan Kapolda Papua.

Marthen Goo, senior ipmado Manokwari mengatakan sampai saat ini Kapolres Dogiyai belum mengungkapkan pelaku bukan saja bulan lalu namun tahun lalu pelaku penembakan terhadap Yulianus Tebai juga belum pernah ungkap.

“Polres Dogiyai kerja apa saja? Kerjanya cukup larut. Kami mahasiswa meminta kepada Kapolres Dogiyai, pemda, serta tim aktivis hukum lainnya segera membentuk tim investigasi, dan mengungkap pelaku-pelaku penembakan itu,” kata Goo.

Lanjut dia, apabila motifnya melihat latar belakangnya pihak kepolisian sendiri maka proses secara hukum secara institusi militer.

“Jadi sampai saat ini kami melihat bahwa setiap daerah otonomi baru adalah tujuan dari negara untuk membangun. Tetapi, hari ini negara tidak mampu membangun Papua sehingga dikerakan dengan kekuatan militer,” katanya.

Ia sarankan jika negara ingin bangun Papua semestinya silahkan membangun secara kultur atau kebiasaan setempat.

“Ya, karena di Papua ada berbagai suku dan bahasa bahkan kebiasaan pun berbeda. Sehingga kami menyampaikan negara bahwa, membangun Papua adalah bukan membangun secara militer namun harus membangun secara kultur atau budaya,” ujarnya.

Sampai saat ini beberapa kabupaten di daerah pegunungan masa lalu sampai saat ini ketinggalan lebih jauh sekali apalagi kabupaten-kabupaten yang hari ini perang antara TNI-Polri dan TPN-PB seperti Nduga, Intan jaya, Maybrat, Puncak, Pegunungan Bintang dan beberapa kabupaten lainnya yang ada di tanah Papua.

“Hari ini pendidikan, kesehatan, bahkan ekonomi ketinggalan jauh daripada kabupaten-kabupaten lainnya. Sehingga kami meminta kepada negara mohon diperhatikan kepada setiap kabupaten yang ada di tanah Papua untuk membangun rasa kasih dan perdamaian secara dialog,” kata Goo. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *