Lewat dua film, Walhi Papua ajak mahasiswa jaga hutan

Jayapura, ( WAGADEI) — Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Papua bekerjasama dengan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Cendrawasih (Mapala Uncen), Unit Kegiatan Mahasiswa Demokrasi, Ham dan Lingkungan (UKM Dehaling) dan Komunitas Mahasiswa Peduli Alam Papua (Kompap), di hari memperingati Hari Hutan Sedunia 21 Maret 2023 lalu melakukan pemutaran film dan diskusi bersama di halaman Auditorium Uncen, Jayapura, Papua.

Maikel Primus Peuki, eksekutif direkrut Walhi Papua, mengatakan dalam pemutaran film dan diskusi yang dilakukan sengaja pihaknya melibatkan berbagai organisasi mahasiswa Papua agar dapat mengetahui kondisi hutan di Papua kini.

Bacaan Lainnya

“Biar lewat film yang kami putar, para mahasiswa ini tahu tentang kondisi hutan di Papua sekarang apakah lagi baik-baik saja atau sebaliknya,” ujarnya, kepada wagadei.id ketika diminta keterangan usai kegiatan, Selasa (21/3/2023).

Dikatakan, setelah menonton dilanjutkan dengan diskusi pihaknya lakukan guna ciptakan ruang bagi para mahasiswa agar dapat menyampaikan pandangannya tentang kondisi hutan di Papua dengan bebas.

Ada tiga hal yang menjadi fokus pembahasan dalam kegiatan diskusi didukung atau difasilitasi juga oleh Krimpis dan Pusaka Papua itu yakni, tentang hutan, lingkungan dan hak asasi manusia (HAM).

“Kesimpulan dari semua pembahasan itu menyangkut soal dampak yang biasa terjadi. Ini sengaja kami dorong karena mau mengajak para mahasiswa supaya mulai berpikir bagaimana mengambil langkah untuk mencegah dampak-dampak itu. Kenapa? Karena ketiga hal baik hutan, lingkungan dan HAM ini sangat berkaitan erat,” tuturnya.

Dia menyatakan, persoalan hutan di Papua tidak main-main sudah berada ditingkat sangat mengkuatirkan. Berbagai pihak tanpa terkecuali, termasuk pemerintah yang kerap bahkan sangat selalu terlihat selama ini tak acuh melindungi rakyatnya yang notabene adalah pemilik tanah dan hutan, harus mulai berpikir selamatkan.

“Melalui kegiatan ini semoga makin banyak anak-anak muda Papua yang berani untuk angkat bicara soal kerusakan lingkungan dan hutan di Papua yang secara depan kasat mata semua orang sudah ditingkat sangat mengkuatirkan,” harapnya.

Kepada mahasiswa Papua jika ada rasa takut, dia minta dengan tegas, buang. Bicara kebenaran demi menjaga dan selamatkan hutan dari kerusakan, menurutnya, wajib bagi mahasiswa sebagai agen perubah harus menyoroti dengan berani.

“Supaya berani, tidak ada rasa takut untuk bicara sesuatu yang benar dengan pakai data fakta yang kuat, mahasiswa harus banyak libatkan diri dalam kegiatan-kegiatan membangun seperti ini. Jangan mahasiswa tahunya hanya tidur bangun ke kampus dan kos saja,” tekannya.

Elisabeth Apyaka, salah satu Filmter, mengatakan ada dua film yang diputar dalam kegiatan itu dengan topik abrasi dan menjaga alam.

“Film pertama tentang abrasi. Filmnya kami ambil dari masyarakat kampung Skow, distrik Muaratami, Jayapura yang alami abrasi luar biasa tahun 2022. Dimana air laut saat itu naik kikis pasir hantam mereka punya tempat tinggal dan semua yang mereka miliki sampai buat mereka harus mengungsi ke kampung lain,” jelasnya.

Pesan moral yang hendak pihaknya sampaikan ke khalayak umum dari film itu, kata dia, tidak boleh membuang sampah sembarang dan tidak melakukan penebangan pohon secara liar.

“Karena dua faktor ini yang buat abrasi terjadi. Makanya kenapa dalam film kami tunjukkan banyak sampah berserakan di pantai,” ucapnya.

Lanjutnya, film kedua tentang bisikan alam yang diambil dari hutan di daerah kabupaten Boven Digoel.

“Pada intinya pesannya bagaimana menjaga alam dengan tidak merusak hutan. Karena ada alam kita bisa hidup,” pintanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan