Wamena, (WAGADEI) – Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di SD Negeri Logotpa, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan mati suri sejak empat tahun lalu hingga kini.
Akibatnya para siswa tidak bisa belajar. Hal itu menjadi perhatian serius oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayawijaya melalui Dinas Pendidikan.
Oleh karenanya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jayawijaya, Natalis Mumpo memberikan peringatan keras kepada kepala SD tersebut melalui sebuah surat tertanggal 25 Januari 2023 yang berisikan tentang meninjau sekaligus mengklarifikasi sekolah terkait informasi yang beredar di media massa.
“Kami dari Dinas Pendidikan telah hadir memastikan situasi di lokasi (sekolah) dan dihadiri oleh masyarakat konfederasi suku Kombarabuni. Dalam pertemuan langsung kami tanyakan kepada empat kepala kampung dan tokoh agama. Dan benar adanya yang bersangkutan tidak jalankan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah itu,’ ujar Natalis Mumpo, Senin, (30/1/2023).
Pada hari Jumat, (27/1/2023) Bupati Jayawijaya John Ricard Banua melakukan kunjungan kerja sekaligus melihat dari dekat perkembangan sekolah itu. Saat audiensi Bupati Jhon R Banua meminta kepada semua unsur di daerah itu agar bicara secara transparan guna mencari solusi yang tepat.
“Kita harus omong jujur, pelaksanaan pendidikan di SD Negeri Logotpaga ini. Berjalan atau tidak, kalau tidak berjalan seperti apa. Supaya kami pemerintah bisa ambil langkah yang baik,” ujar Banua.
Ia mengaku, sejauh ini pihaknya sedang fokus pada sektor pendidikan, Maka diharapkan secara bersama-sama untuk mendukung pelaksanaan program prioritas yang digagas Pemda.
“Kita harus terbuka. Jangan karena kepala sekolah keluarga jadi kita bela-bela. Kita mau mendapatkan solusi agar pendidikan ini benar-benar jalan, pendidikan sangat penting,” katanya tegas.
Fakta-fakta
Tahun 2019, Paulus M Kogoya mendapatkan nota dinas. Tahun 2011 SK defenitif. Dari PNS dua orang, guru honor dibiayai dengan dana bantuan operasional sekolah (bos). Guru honor empat orang, jumlah murid 169. Guru honor tinggal di Kimbim, jaraknya jauh dari sekolah, maka diminta rumah guru.
“Anak-anak selama ini terlantar, tidak pernah di tempat, maka diminta kepala sekolah baru,” M. Wenda, salah satu orangtua murid.
Peranus Tabuni, sswa Kelas III mengatakan, sudah tidak lagi ke sekolah karena tidak dapat pelajaran dari guru.
“Saya sering ke sekolah dengan teman-teman, tapi tidak ada guru. Maka kami main-main saja lalu pulang,” ucapnya.
Siswa lainnya, Yakius Tabuni mengatakan, ketiadaan guru membuat sekolah jadi macet.
“Sekolah kami kadang macet, karena kekurangan guru,” ujarnya.
Betania Wenda, siswa juga mengaku, kepala sekolah dan para guru sama, tidak pernah datang ke sekolah padahal siswa merindukan kehadiran para guru untuk mengikuti program KBM.
“Kami punya guru dan kepala sekolah tidak pernah datang. Kami sering ke sekolah tapi guru tidak pernah datang,” kata dia.
Dalam empat tahun ini sejak sekolah aktivitas macet ada beberapa kejadian yang menghancurkan generasi kami yaitu:
1. Josua Tabuni diuluskan tanpa tidak tahu menulis dan membaca. Terbukti ketika lulus tahun ajaran 2021, masuk SMP Negeri Asologaima 1 Kimbim karena tidak bisa baca dikeluarkan.
2. Yere Tabuni, setelah lulus tahun 2017 dan masuk SMP tidak bisa menulis dan tidak bisa membaca. Ketika tes tidak bisa baca, akhirnya dikeluarkan langsung stress, padahal siswanya punya niat sekolah.
3. Dan banyak lagi seusianya.3. Guru-guru jarang di tempat, Siswanya sering kesekolah tapi karena tidak ada guru kembali pulang lagi sampai hari ini Tanina Tabuni siswa SD kelas II, Rigo Wenda, Kami sering ke sekolah tapi tidak ada guru.
Nies Tabuni, kordinator peduli pedulikan mengatakan, tidak mau melihat generasi penerus terlantar terus meningkat, bahkan rugi dalam menerima pelajaran.
“Saya tidak mau generasi ini terlantar gara-gara guru tidak mau mengajar. Kita sama-sama ketahui bahwa pendidikan itu penting untuk bangsa kami ini,” kata Tabuni.
Pihaknya meminta kepada Pemkab Jayawijaya agar segera menggantikan posisi kepala SD setempat agar KBM bisa jalan dengan baik.
“Kami memberikan apresiasi kepada Bupati Jayawijaya kerja nyata, langsung turun ke lapangan melihat kondisi sekaligus memberikan dua guru dari program Indonesia cerdas,” katanya. (*)