Paniyai , WAGADEI – Hari ini Minggu, (26/7/2024) jagat dunia maya dihebohkan dengan beredarnya foto dan video pasien yang sedang inap meninggalkan RSUD Paniai.
Dari informasi yang tersebar di WhatsApp group maupun jejaring sosial media lainnya, disampaikan bahwa pasien meninggalkan RSUD lantaran TNI menempati lantai tiga RSUD Paniai sebagai basecamp sementara dalam rangka pengamanan terhadap pasien, tenaga kesehatan (nakes) dan gangguan atau serangan senjata dari TPN-PB OPM pasca kontak senjata pada Selasa, (22/5/2024) malam yang menyebabkan satu anggota TPN-PB OPM meninggal dunia dan sejumlah rumah kios milik warga sipil diludes terbakar api.
Informasi dari sisi lain menyebutkan, pasien yang notabene sebagai warga sipil asli Papua atau orang asli Papua (OAP) tak terima adanya penempatan pihak aparat membuat mereka menjadi trauma.
Sisi ini menyisakan sejumlah pertanyaan bagi seluruh publik di seantero nusantara ini. Untuk meminimalisir membiasnya informasi yang berujung pada perkeruh situasi di Paniai, wagadei.id pada Minggu, (26/5/2024) telah mewawancarai sejumlah pihak terkait yang paling bertanggungjawab atas situasi ini, diantaranya Penjabat Bupati Paniai Denci Meri Nawipa, Direktur RSUD Paniai dr. Agus, Dandim 1703/Deiyai Letkol Inf I Wayan Dedi Suryanto, Kapolres Paniai AKBP Abdus Syukur Felani, Panglima West Papua Army (WPA) Damianus Magai Yogi, Direktur RSU Pratama Deiyai dr. Selvianus Ukago, Kepala Puskesmas Enarotali Rosalina Yogi dan Ketua Komisi I DPRD Paniai Marten Tenouye.
Direktur RSUD Paniai, dr. Agus mengungkapkan, staf medis yang berasal dari OAP takut dengan pasukan gabungan TNI dengan Polisi yang telah menempati lantai tiga RSUD Paniai. Sedangkan dokter spesialis, dokter dan staf medis non OAP takut dengan TPNPB OPM sehingga diperlukan adanya aparat keamanan terhadap pihaknya agar bisa melakukan pelayanan di RSUD Paniai yang berlokasi di Madi.
Untuk itu, dokter yang telah mengabdi selama 19 tahun di Paniai ini secara terbuka bahwa dirinya tak pernah instruksikan aparat keamanan menempati area pelayanan kesehatan.
“Maaf ini (penempatan aparat) dari instruksi pusat yaitu Kemenkes berkoordinasi dengan Pangdam Cenderawasih (Kodam), bukan dari kami pihak RSUD ataupun Pemda kabupaten Paniai,” kata dokter Agus melalui pesan WhatsApp.
Ia juga menepis isu adanya penutupan terhadap pelayanan di Instansi Gawat Darurat (IGD) lantaran belum ada nakes yang berani melakukan pelayanan kesehatan akibat trauma dengan sejumlah isu tidak bertanggungjawab yang sedang berkembang pesat.
“IGD tidak tutup, cuma tidak ada petugas kesehatan yang mau dan berani jaga karena takut, baik dokter dan perawat IGDnya dan takut ada barang-barang yang hilang,” ujarnya.
Sehingga pasien yang pulang ke rumah ataupun dirujuk ke RSU Pratama Deiyai bakal berada dibawah pengawasan pihaknya dengan melakukan konsultasi lewat telepon.
“Jadi sementara bisa konsul lewat telepon atau pelayanan sementara waktu dialihkan ke Puskesmas Enarotali dulu dan ke RSU Pratama Deiyai,” katanya.
Namun tak menutup kemungkinan bahwa ada pasien yang dipulangkan lantaran telah memenuhi pulang ke rumah berdasarkan indikasi medis.
“Untuk pasien yang dipulangkan, tentunya dengan indikasi medis bahwa bisa pulang dari dokter dan perbaikan klinis dan juga ada atas permintaan pasien dan keluarga,” kata dia.
Dokter yang ramah ini mengatakan, sebanyak enam pasien anak telah dirujuk ke RSU Pratama Deiyai sambil dibackup oleh pihaknya.
“Ada pasien anak enam orang dititipkan ke Deiyai karena katanya ada dokter spesialis anak. Yang jelas kami dari RSUD Paniai tetap membackup obat-obatan, bahan medis habis pakai, oksigen dan lainnya,” ujarnya.
Jaga Paniai tetap damai, jaga RSUD Paniai sebagai aset milik bersama
Dokter Agus mengatakan, semua pihak terkait wajib bekerjasama sama agar masalah tersebut tidak berlarut.
“Pemda kabupaten Paniai, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh adat, kepala suku, semua pihak berperan karena RSUD ini milik kita bersama. Paniai itu kita berarti bapak dan ibu juga sekalian. Tolong jangan hanya berkomentar di WhatsApp group tapi membantu untuk jaga Paniai khususnya di RSUD,” katanya.
Dalam kondisi seperti ini, lanjut dia, pihaknya membutuhkan kehadiran semua pihak untuk memberikan keamanan dan kenyamanan kepada petugas medis yang ada di RSUD Paniai sehingga pihaknya bisa melayani.
“Sa jaga ko, ko jaga sa, enaimo (bersama-sama),” ucapnya.
Ia memperkirakan jika dibiarkan maka kedepan akan menghadapi tantangan yang berat dalam pelayanan kesehatan di Paniai.
“Tantangan kita kedepan kita akan sulit dapat tenaga khususnya dokter spesialis karena mereka takut datang. Yang rugi adalah kita masyarakat Paniai,” katanya.
Ia juga mengimbau kepada semua pihak agar bijak dalam bermedsos sehingga tidak mempekeruh suasana.
“Kita berdoa bersama sehingga Paniai tercinta cepat kembali kondusif. Tuhan memberkati kita semua,” ujarnya.
Direktur RSU Pratama Deiyai, dr. Selvianus Ukago yang dikonfirmasi wagadei.id membenarkan adanya enam pasien anak yang dirujuk dari RSUD Paniai ke Deiyai.
Ia mengaku, semua alat kesehatan akan dibantu oleh RSUD Paniai guna menunjang pelayanan kesehatan terhadap pasien di Deiyai.
“Jumlah pasien dari RSUD Paniai ke Deiyai ada enam anak pasien anak. Dua anak dari Deiyai, dua anak dari Paniai. Untuk obat yang kurang dibantu oleh RSUD Paniai. Kemudian penangannya dokter anak RSUD Paniai bekerja sama dengan dokter anak dari RSU Deiyai. Sudah komunikasi langsung dari dokter anak dari Paniai ke Deiyai,” ujar Ukago.
Besok akan diputuskan penempatan pihak aparat keamanan
Pj Bupati Paniai Denci Meri Nawipa mengatakan, pihaknya konsisten agar Paniai tetap damai. Terkait dengan keberadaan militer di RSUD Paniai pihaknya segera memutuskan dalam rapat bersama pada besok Senin, (28/5/2024) dengan semua stakeholder agar pelayanan kesehatan di RSUD tetap berjalan.
“Besok kami semua rapat bersama. Yang jelas, besok aparat keamanan yang ada di RSUD Paniai itu akan pindahkan ke kediaman Bupati atau dekat terminal. Supaya pelayanan di RSUD Paniai tetap jalan,” ujar Denci Meri Nawipa dibalik selulernya.
Terkait kejadian di Paniai, Denci bilang dirinya telah melaporkan kepada Pj Gubernur Papua Tengah Dr. Ribka Haluk bahwa pihaknya tengah melakukan pembenahan yang serius.
“Hal ini saya sudah sampaikan kepada Pj Gubernur Papua Tengah,” ucapnya.
Sebagai kepala daerah, penempatan aparat keamanan di RSUD mendapatkan dua versi yang berbeda.
Ia mengatakan, seseorang nakes yang bertugas di RSUD sebarkan informasi bahwa terjadi kebakaran terhadap rumah nakes pada Selasa, (22/5/2024) padahal yang terjadi kebakaran adalah rumah kios milik warga sipil dan juga tim nakes menginginkan adanya pengamanan di RSUD.
“Kemarin malam ada aparat keamanan masuk (tempati) RSUD. Itu karena ada petugas medis sebarkan informasi bahwa ada rumah dokter dan perawat punya rumah terbakar padahal mereka tinggal di kos-kosan. Sementara tim medis bilang perlu ada pengamanan,” kata Nawipa.
Sementara masyarakat asli Papua yang sedang berobat di RSUD Paniai tak menginginkan adanya aparat. “Masyarakat atau pasien tidak mau TNI tidak boleh ada di RSUD. Jadi besok kami akan pindahkan supaya pelayanan di RSUD Paniai berjalan,” katanya.
“Terus pasien dari RSUD Paniai kami titip di RSU Pratama Deiyai, semua alat kesehatan kami yang supor,” ucapnya.
Kepala Puskesmas Enarotali Rosalina Yogi mengatakan, sejumlah ibu yang sedang bersalin telah tiba di Puskesmas yang dipimpin guna mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.
“Ada ibu-ibu yang bersalin di RSUD itu sudah dipindahkan ke Puskesmas Enarotali. Karena kami punya petugas, alat dan fasilitas lengkap di Puskesmas,” kata Rosalina Yogi.
TNI dan Polri hanya memberikan rasa aman, karena ada ancaman dari OPM
Dandim 1703/Deiyai Letkol Inf I Wayan Dedi Suryanto menyampaikan pihaknya tidak pernah menutup RSUD Paniai. Hal itu dikatakan Letkol Inf I Wayan Dedi Suryanto melalui keterangan tertulisnya yang berasal dari Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan pada Minggu, (26/5/2024).
Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan, berita yang beredar di sosial media tentang adanya pengusiran pasien di RSUD Paniai Timur dan ruang IGD ditutup oleh aparat TNI Polri merupakan hal yang tidak benar.
“Berita yang menyebar itu adalah hoax, yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,” kata dia.
Ia bahkan menegaskan, aparat TNI hadir di RSUD Madi atas permintaan dari tim medis karena merasa terancam dari aksi OPM.
“Terkait adanya video yang beredar bahwa pintu RSUD ditutup dengan cara dipalang, bahkan beredar isu pasien anak-anak tidak diperhatikan dan dipaksa cari rumah sakit lainnya, serta beredarnya foto-foto lama yang kemudian dinarasikan tidak sesuai fakta sebenarnya,” ujarnya.
Kapendam mengatakan telah mengkonfirmasi ke pihak RSUD, pihak RSUD menjelaskan bahwa pihaknya menutup pintu dengan memalang karena kunci pintu rusak, sehingga takut obat-obatan dan alat medis hilang. Demikian pula karena tidak memiliki Dokter spesialis anak, sehingga pasien anak-anak saat ini dialihkan ke RS Deiyai. Diungkapkan pula bahwa foto-foto yang beredar merupakan tidak sesuai fakta terkini.
“Terbukti dan nyata beberapa waktu lalu (21/5/2024) OPM telah membakar Kios milik warga dan membakar sekolah YPPGI di kampung Madi dan Kopo Kab. Paniai,” katanya.
Senada juga disampaikan AKBP Abdus Syukur Felani. Menurut dia, hal tersebut tidak benar sehingga diminta kepada masyarakat untuk tidak mudah percaya pada informasi yang tidak jelas sumbernya.
“Kami dari TNI-Polri mengamankan RSUD karena RSUD adalah obyek vital yang perlu diamankan agar memberikan rasa aman kepada masyarakat. justru kehadiran TNI-Polri untuk memberikan rasa aman baik kepada pasien maupun petugas kesehatan,” ucapnya.
Selanjutnya terkait adanya penutupan pintu IGD, penutupan tersebut adalah tindakan pencegahan yang dilakukan petugas RSUD dan merupakan inisiatif sendiri dari petugas RSUD dikarenakan kunci pintu tersebut mengalami kerusakan.
“Dan petugas yang bertugas pada Minggu pagi belum datang. Sehingga untuk mencegah terjadinya pencurian di dalam ruangan tersebut, petugas RSUD melakukan penutupan,” katanya.
TPNPB tuding TNI Polri dan pihak ketiga perkeruh Paniai
Setelah mencermati semua kejadian di Paniai, Panglima West Papua Army (WPA) sebagai penanggungjawab TPN-PB OPM Damianus Magai Yogi mengeluarkan pernyataan bahwa TNI, Polri dan pihak ketiga yang memakai nama TPN-PB OPM menciptakan kondisi dengan cara membakar rumah warga sipil, membakar gedung sekolah megah, saling tembak hingga berujung penembakan terhadap salah satu anggota TPN-PB OPM, tutup RSUD hingga penempatan aparat keamanan dan pengusiran pasien.
“Kami menilai TNI dan Polri sudah melanggar aturan medis (RSUD). Itu semua TNI dan Polri mengeluarkan pasien semua bagian dari cari makanan dari pemerintah. Jadi mereka melakukan pembakaran, pembunuhan dari pihak ketiga,” kata Yogi.
Ia mengatakan, cuplikan video salah satu nakes sedang menutup pintu IGD yang direkam oleh seseorang merupakan mainan aparat keamanan.
“Dari video itu kami bisa tahu, TNI Polri yang suruh petugas medis tutup pintu IGD RSUD Paniai. Jadi mereka atur skenario. TNI Polri bilang ke medis di RSUD bicara apa yang dilakukan supaya tidak ketahuan kalau TNI Polri terlibat. Ini kamu TNI Polri tipu siapa? Cari makan jangan mengganggu RSUD, jangan korbankan warga sipil,” katanya tegas.
Ia mengaku, Undius Kogoya telah berada di Paniai untuk ikut kegiatan di Paniai. Namun dia bilang belum bisa pastikan apakah Undius cs terlibat atau tidak.
“Tapi saya belum dapat informasi apakah dilakukan oleh Undius atau tidak, tapi semua itu cipta kondisi yang dilakukan oleh TNI dan Polri di Paniai,” katanya.
Ia meminta jika TNI dan Polri hendak melakukan perang ideologi Papua Merdeka dan NKRI harga mati, maka jangan menakut-nakuti warga sipil namun langsung menuju ke tempat keberadaan TPNPB OPM agar tidak mengorbankan warga sipil.
“Kalau benar-benar mau melakukan peperangan, maka mereka (TNI Polri) harus menuju ke tempatnya kami TPNPB, mereka sudah tahu itu. Kalau kami dari Kodap IV Paniai mau buat peperangan, pasti kami akan memberikan surat perang. Kami juga tahu aturan perang. Tapi semua yang dilakukan ini hanya untuk perkeruh situasi pasca penangkapan Peni Petrus Pekei. Kami menilai TNI dan Polri kelakuan sama seperti anak kecil,” ungkapnya.
Ia menegaskan, hukum humaniter perlu dipahami agar tidak mengorbankan warga sipil, mengganggu objek vital seperti pelayanan di RSUD.
“Kodap IV Paniai menilai semua yang terjadi di Paniai adalah permainan TNI dan Polri bagian dari meminta makan. Kami mau TNI dan Polri harus tegakkan hukum humaniter,” ucapnya.
Damianus berharap RSUD kembali beraktivitas seperti biasa dan kembalikan TNI Polri ke habitatnya bukan penempatan di RSUD sebab TPN-PB OPM tak punya rencana serang RSUD.
“Siapa yang bilang kami mau serang RSUD, itu tidak benar. Saya minta masyarakat tetap tenang, kami dari TPNPB juga meminta RSUD harus melakukan pelayanan. TNI dan Polri jangan menakutkan kepada masyarakat. Kalau mau perang silahkan cari kami, silahkan datang cari saya ada di markas,” kata Yogi.
Ketua Komisi I DPRD Paniai Marten Tenouye mengatakan, semua pelayanan kesehatan di RSUD sepi. Namun ia tuding bahwa ada oknum tertentu bermain agar Paniai jadi kacau.
“Saya baru selesai pantau RSUD, memang di sini kosong. Tapi besok kami dari eksekutif dan legislatif serta pihak aparat akan pertemuan. Saya mau tolong jangan perkeruh situasi melalui sosial media, seharusnya dukung kami melalui doa agar segera pulih,” ucapnya. (*)