Nabire, (WAGADEI) – Sastrawan asli Papua, Alex Giyai kembali berhasil menerbitkan sebuah buku puisi dengan judul “Mencari Serpihan Bara di Bumi Surga” yang ditulis selama 12 tahun. Lauching tersebut sekaligus diskusi bedah buku di taman Wakimanor Pantai Nabire pada Sabtu, (19/8/2023) sore.
Sebelum lauching dan bedah, Alex Giyai menjelaskan tujuan dari buku yang ia tulis, kenapa ambil judul buku, berapa lama menulis dan siapa editornya.
“Saya ambil judul “Mencari Serpihan Bara di Bumi Surga” karena banyak orang diistilahkan tanah Papua adalah surga kedua, tanah pilihan Allah dan tanah yang diberkati oleh Tuhan. Istilah surga membayangkan tempat yang indah, tak ada kejahatan, kesusahan dan tempat yang paling sempurna,” katanya.
Menurut dia, jika pun tanah Papua digambarkan sebagai surga kecil namun pelannggaran hak asasi manusia (HAM) telah menjadi kebiasaan di tanah ini. Ia harap agar melalui judul buku ini, orang Papua semangat dan bangkit dalam setiap sektor menemukan surga di Papua.
“Kita dengan semangat dalam setiap sektor, perjuangan maupun sektor lain supaya menemukan indahnya di Papua” ujar Giyai.
Penulis puisi ini mengaku buku yang ditulis telah memakan waktu yang amat cukup lama dan ternyata editornya tidak satu orang.
“Buku ini saya tulis sejak tahun 2011 sehingga sekarang tahun terbit. Jadi buku ini saya tulis selama 12 tahun. Agar tulisan sempurna, saya berikan empat orang editor,” katanya.
Lanjut dia, tidak ada terbitan tahun 2011 dengan kendala laptop waktu itu hilang.
Pemimpin redakasi lao-lao.com, Mikael Kudiai sebagai pembedah dari dua lainnya menanggapi delapan poin yakni puisi religius, puisi romantis, uisi figur, puisi persatuan dan perlawanan, puisi juang, puisi kritik kapitalisme, puisi penjajahan dan yang terakhir kritik terhadap orang Papua.
“Tulisan di atas sebagai sudut pandang saya terhadap buku puisi yang sudah paham, namun ada beberapa yang saya paham makna dari tulisan sehingga dalam waktu dekat saya akan tulis secara lengkap,” ungkap Kudiai dalam bedah buku. (*)