Wamena, (WAGADEI) – Dengan ditampilkannya atraksi pakai koteka yang dimasukan dalam celana pada beberapa hari lalu di Jayapura pada acara Papua Street Carnival, sejumlah pihak menilai ada upaya negara Indonesia melalui wadah-wadah yang menggunakan nama khas Papua merusak tatanan atau nilai-nilai luhur budaya orang asli Papua (OAP) dalam even tersebut melibatkan orang non OAP dan OAP.
Hal itu dikatakan ketua pemuda Gereja Baptis se tanah Papua, Akia Wenda, bahwa penggunaan atribut berkoteka tidak sesuai norma adat, sehingga hal itu merupakan pelecehan harga diri orang Papua wilayah adat Lapago provinsi Papua Pegunungan dan wilayah adat Meepago di provinsi Papua Tengah.
“Ada wadah-wadah tertentu secara terstruktur yang dibentuk oleh oknum-oknum tertentu melibatakan pihak-pihak tertentu pula ingin merusak tatanan budaya adat istiadat orang asli Papua, khususnya adat dari wilayah adat Lapago,” kata Akua Wenda, Senin, (10/7/23) di Wamena.
Praktek untuk menghilangkan bahasa daerah, kata dia, budaya adat istiadat telah berlangsung lama, namun dilakukan secara masif dan kolektif.
“Praktek pemusnahan budaya, adat istiadat, bahasa dan berbagai sektor berlangsung lama secara masif dan kolektif,” ujarnya.
Menurut dia, kebanyakan aktivitas merusak lingkugan dan budaya bertujuan mengambil keuntungan dari perut bumi Papua dan memusnakan OAP dengan berbagai kegiatan.
“Praktek ini bagian dari konflik tak ujung sedang terjadi ditanah Papua, penyakit sosil merajalela di mana-mana dan pertambangan ilegal yang dibeking para jenderal di Jakarta,” katanya.
Selain itu, kata dia, berbagai lembaga kebanyakan bekingan negara untuk menutup dosa negara seperti LMA harus berfungsi menjaga nilai-nilai budaya, namun semua pada diam.
“Jadi itu sudah ada orang-orang yang sedang bermain atau dibeking,” ungkapnya.
Ia meminta semua generasi muda tidak terpengaruh dengan tawaran cerdik, pada akhirnya sedang merusak tatanan nilai -nilai leluhir. “Semua harus sadar, generasi muda jelih melihat, mana yang harus ikut dan mana yang tidak kerena akan menurusak nilai nilai berharga OAP,” katanya. (*)